Film musical Beyonce, Black is King,merangkul penggemar serta kritikus global terkait penggambaran budaya Afrika dalam film tersebut. Di Afrika Selatan, tempat pengambilan gambar beberapa adegan dalam film berdurasi 85 menit itu, banyak yang menyatakan "Black is King" bukan sekadar film.
"Black is King" adalah album visual dan film musikal baru yang disutradarai, diproduksi dan ditulis skenarionya oleh penyanyi sekaligus penulis lagu Amerika Beyonce.
Film ini diluncurkan sebagai pelengkap visual albumnya, "The Lion King: The Gift". Syuting film tersebut dilakukan tahun lalu di Amerika Serikat, Afrika Selatan dan Afrika Barat, serta di Eropa, dan menampilkan banyak artis Afrika. Film yang dirilis bulan Juli ini secara umum diterima baik oleh penonton. Tetapi, film itu juga tidak luput dari kritik.
Sebagian mengatakan bahwa Beyonce, yang lahir di kota Houston, Texas, bersalah menggunakan citra Afrika di sepanjang karyanya itu tanpa ada akar budaya khusus di benua tersebut. Tetapi di Afrika Selatan, mereka yang terlibat dalam produksi film itu merasa sangat bersemangat.
Sibusiso Mathebula, mahasiswa jurusan pembuatan film, melalui Google Hangouts mengemukakan, “Saya sangat, sangat terhormat menjadi bagian dari awak yang membuat film ini. Saya sangat menyukai film ini.Film ini mengisahkan banyak hal yang tidak diajarkan di sekolah-sekolah kami mengenai sejarah bangsa kulit hitam. Sewaktu menonton film ini, itulah saat ketika saya mulai melihat kisah, pilihan baju-baju, kostum dan adegan keseluruhannya, benar-benar mewakili sesuatu yang lebih dalam daripada yang diperkirakan orang-orang.”
Meskipun film ini tidak tersedia luas di Afrika, penyedia layanan TV Kabel terbesar Afrika Selatan menyediakannya untuk para pelanggan premium.
Penggemar Beyonce, Kgosi Motsoane mengatakan, diaspora Afrika, termasuk warga kulit hitam Amerika, punya hak untuk mereferensikan apa yang dianggap sebagian orang sebagai budaya “Afrika.”
Salah seorang pendiri Bare Stories ini, yakni proyek yang menyampaikan kisah-kisah kaum LGBTQ, mengatakan, ia sangat menyukai film tersebut.
Motsoane juga menyatakan Ia merasa ada hal-hal yang sebetulnya dapat diperbaiki dalam film itu, misalnya, memperbanyak kehadiran kaumnya di depan kamera. Apalagi Beyonce dikenal banyak bekerja sama dengan LGBTQ.
Penggambaran Beyonce mengenai budaya dan kekuatan warga kulit hitam muncul sewaktu Senator Kamala Harris menjadi perempuan kulit hitam Amerika pertama yang dipilih sebagai calon wakil presiden dalam pemilihan presiden Amerika mendatang.
Motsoane dari Bare Stories menjelaskan, perempuan kulit hitam selalu berada di strata terbawah dalam hierarki sosial. Memiliki mereka menduduki posisi yang benar-benar penting dan sangat berpengaruh, sungguh membesarkan hati, lanjutnya.
Sementara itu Mathebula mengemukakan, film Beyonce mengilhaminya untuk mengerjakan proyeknya sendiri, yakni menyampaikan lebih banyak lagi kisah-kisah terkait Afrika. [uh/ab]