Federasi sepak bola Spanyol, Selasa (5/9), memecat pelatih tim nasional putri, Jorge Vilda, kurang dari tiga minggu setelah timnya memenangkan gelar Piala Dunia. Vilda dipecat karena membela presiden federasi Luis Rubiales yang diskors.
Vilda termasuk di antara mereka yang memuji Rubiales karena menolak mengundurkan diri meskipun dikecam luas setelah mencium bibir pemain Jenni Hermoso tanpa persetujuan sewaktu tim tersebut merayakan kemenangannya di Sydney bulan lalu.
Rubiales, yang juga memegang selangkangannya dalam isyarat kemenangan yang tidak senonoh setelah final, sementara ini diskors FIFA. Ia menghadapi tuntutan pemerintah Spanyol atas tindakannya yang memicu badai kritik dan menuai seruan luas agar ia mengundurkan diri.
Vilda kemudian menilai tindakan Rubiales tidak pantas.
Pelatih tim putra Luis de la Fuente juga sempat memuji kecaman Rubiales terhadap apa yang disebutnya sebagai "feminis palsu." Tetapi pada Jumat (1/9) lalu, ia meminta maaf karena telah bertepuk tangan dalam apa yang ia gambarkan sebagai "kesalahan manusia yang tidak dapat dimaafkan."
Guna menunjukkan dukungan pada tim pemenang Piala Dunia Perempuan, Kapten tim nasional pria Spanyol, pada Senin (4/9), mengutuk "perilaku Rubiales sebagai hal yang tidak dapat diterima."
Rekam Jejak Vilda Bermasalah
Vilda tetap memimpin di Piala Dunia meskipun beberapa pemain melakukan pemberontakan terhadap kepemimpinannya kurang dari setahun yang lalu, dalam sebuah krisis yang membuat pekerjaannya terancam. Sebanyak 15 pemain mundur dari tim nasional karena kesehatan mental mereka, menuntut lingkungan yang lebih profesional. Hanya tiga pemain yang kembali ke skuad yang memenangkan Piala Dunia.
Para pemain yang meninggalkan tim telah menandatangani sebuah surat yang berisi keluhan tentang Vilda dan kondisi tim nasional. Vilda mendapat dukungan penuh dari Rubiales selama proses tersebut.
Federasi mengatakan Vilda adalah "kunci pertumbuhan sepak bola perempuan yang luar biasa" dan berterima kasih kepadanya karena telah membawa tim nasional Spanyol meraih gelar juara Piala Dunia dan mencapai peringkat dua dalam peringkat FIFA – posisi tertinggi yang pernah diraihnya.
"Federasi ingin mengucapkan terima kasih kepada Jorge Vilda atas jasa-jasa yang telah diberikan, atas profesionalisme dan dedikasinya selama bertahun-tahun, mendoakan dia sukses di masa depan," kata federasi dalam sebuah pernyataan.
"Dia meninggalkan federasi dengan warisan olahraga yang luar biasa berkat penerapan model permainan yang diakui dan metodologi yang telah menjadi mesin pertumbuhan untuk semua kategori perempuan di tim nasional."
Vilda telah memimpin tim sebak bola perempuan sejak tahun 2015. Ia juga dibebastugaskan dari posisinya sebagai direktur olahraga.
Federasi tidak segera mengumumkan siapa sosok yang akan menggantikan Vilda.
Vilda mendapat sambutan yang kurang hangat dari para penggemar saat perayaan gelar juara di Madrid setelah Piala Dunia. Dia dicemooh oleh beberapa orang saat pesta nonton bareng pertandingan final.
Spanyol belum pernah merayakan gelar juara Piala Dunia sepak bola sejak tim prianya memenangkan satu-satunya trofi pada turnamen 2010 di Afrika Selatan.
La Roja telah melaju ke babak sistem gugur empat tahun lalu, namun kalah dari sang juara, Amerika Serikat. Tim tersebut belum pernah mencapai babak semifinal sejak Piala Eropa 1997.
Presiden yang saat ini memimpin federasi sepak bola Spanyol, Pedro Rocha, merilis sebuah surat pada Selasa yang meminta maaf kepada dunia sepak bola dan masyarakat secara umum atas perilaku Rubiales.
Rocha mengatakan federasi memiliki tanggung jawab untuk menyampaikan "permintaan maaf yang paling tulus kepada dunia sepak bola secara keseluruhan," serta kepada institusi sepak bola, penggemar, pemain – terutama tim nasional perempuan – "atas perilaku yang sama sekali tidak dapat diterima oleh perwakilan tertingginya."
"Perilakunya sama sekali tidak mewakili nilai-nilai masyarakat Spanyol secara keseluruhan, institusi-institusinya, perwakilannya, para atletnya, dan para pemimpin olahraga Spanyol," tulis Rocha. [ka/em/jm]
Forum