Ketika merilis laporan yang merinci teknik-teknik interogasi brutal yang digunakan CIA itu, Ketua Komisi Inteljen Senat AS, Dianne Feinstein mengatakan CIA telah melanggar undang-undang dan nilai-nilai Amerika.
Feinstein mengatakan perlu mengeluarkan laporan tentang penggunaan teknik-teknik interogasi keras terhadap sedikitnya 119 orang yang ditahan CIA sejak akhir 2001 hingga Januari 2009.
“Sejarah akan menilai tentang usaha kita menciptakan masyarakat yang diatur oleh undang-undang dan kesediaan menghadapi kebenaran yang pahit dan mengatakan – ini jangan pernah terjadi lagi,” ujar Feinstein.
Laporan itu mengatakan Badan Inteljen Amerika CIA menggunakan teknik waterboarding atau membenamkan kepala orang yang diinterogasi sehingga ia merasa akan mati lemas, eksekusi pura-pura, direndam dalam air es, ancaman seksual dan teknik-teknik interogasi brutal lain terhadap anggota-anggota Al Qaida dan militan lain yang tertangkap guna memperoleh informasi.
Laporan itu juga mengatakan CIA gagal melakukan tindakan perbaikan yang layak setelah ada tahanan CIA yang meninggal dan luka-luka, penahanan orang yang tidak memenuhi standar hukum yang sah dan penggunaan teknik interogasi ilegal.
Fasilitas-fasilitas bisnis, militer dan diplomatik Amerika di luar negeri bersiap-siap menghadapi kemungkinan terjadinya aksi kekerasan sebagai balasan atas laporan kegiatan CIA itu, yang sebagian besar terjadi di “lokasi-lokasi rahasia” atau tempat tahanan rahasia di luar negeri.
Presiden Barack Obama mengatakan tidak ada bangsa yang sempurna, tetapi “satu kekuatan yang menjadikan Amerika luar biasa adalah kesediaan menghadapi masa lalu secara terbuka, menerima ketidaksempurnaan, membuat perubahan dan melakukan hal yang lebih baik”.
Di antara mereka yang menjadi korban teknik interogasi brutal CIA di berbagai “lokasi rahasia” adalah petinggi-petinggi Al Qaida seperti Abu Zubaydah dan Khalid Sheikh Mohammed, dan perencana serangan bom kapal induk USS Cole bulan Oktober tahun 2000 – Abdul Al Rahim Al Nashiri.
Menurut kesimpulan laporan setebal 500 halaman – dari laporan asli setebal 6.700 halaman itu – metode interogasi CIA gagal memberi informasi intelijen apapun yang bermanfaat. Dikatakan CIA memberi informasi tidak akurat tentang keefektifan program-programnya tersebut.
Direktu CIA saat ini – John Brennan – dalam sebuah pernyataan mengakui bahwa badan itu telah membuat kesalahan dan tidak selamanya memenuhi standar tinggi yang diharapkan warga Amerika. Tetapi Brennan berkeras bahwa interogasi yang dilakukan menghasilkan informasi intelijen yang membantu mencegah rencana-rencana serangan, menangkap teroris dan menyelamatkan nyawa rakyat dan petugas .
Ketua Komisi Inteljen Senat Dianne Feinstein mengatakan sejumlah kecil pejabat di CIA terlibat dalam metode interogasi yang brutal ini, yang disusun dan dipimpin oleh dua kontraktor luar CIA tanpa pengawasan yang ketat.
Teknik interogasi brutal itu diperbolehkan oleh mantan presiden George Walker Bush, pasca serangan 11 September 2001 yang menewaskan hampir tiga ribu orang. Presiden Barack Obama melarang hal tersebut ketika ia berkuasa tahun 2009.
Anggota senior penasehat nasional pada Human Rights Watch yang berkantor di Amerika – Laura Pitter – menyambut baik laporan tersebut.
Laura mengatakan, “Penting bagi Amerika untuk mengakui kesalahan, memahami apa yang terjadi, dan berharap semoga ini langkah pertama menuju akuntabilitas”.
Sementara, mantan anggota CIA Jose Rodriguez yang sebelumnya mengelola program interogasi itu mengatakan pada masa itu program tersebut dinilai sesuai hukum oleh Departemen Kehakiman. Dalam tulisannya di suratkabar The Washington Post hari Selasa (9/12), Rodriguez mengatakan “kami melakukan apa yang diminta, kami melakukan apa yang dinyatakan sah secara hukum, dan kami tahu tindakan kami efektif”.
Rodriguez menambahkan informasi yang diperoleh dari teknik “interogasi yang diperluas” itu membantu penangkapan Khalid Sheikh Mohammed – tokoh yang mengaku sendiri telah merekayasa serangan teroris 11 September.
Mantan Wakil Presiden Amerika Dick Cheney juga membela program interogasi brutal ini dan mereka yang melakukannya, dengan mengatakan kepada suratkabar The New York Times bahwa program ini menjadikan Amerika aman dari serangan-serangan yang menimbulkan banyak korban.