FIFA mengatakan telah menunda proses pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2026 di tengah skandal korupsi yang melanda badan sepakbola dunia ini.
"Omong kosong untuk memulai proses penawaran untuk saat ini," ujar Sekretaris Jenderal FIFA Jerome Valcke pada konferensi pers di Rusia, Rabu.
Pemilihan tuan rumah kejuaraan sepakbola dunia 2026 tadinya dijadwalkan untuk pertemuan anggota FIFA 2017 di Malaysia. Kini tidak jelas kapan pemilihan akan dilangsungkan.
Amerika Serikat, Kanada, Meksiko dan negara-negara Eropa diperkirakan termasuk di antara negara-negara yang akan mencalonkan diri menjadi tuan rumah 2026.
Dakwaan AS
Dakwaan dari AS bulan lalu menjerat sembilan pejabat FIFA dan lima eksekutif perusahaan dengan pelanggaran-pelanggaran yang termasuk di antaranya pemerasan, penipuan dan pencucian uang. Sebuah investigasi terpisah oleh Swiss menyelidiki penyalahgunaan dan pencucian uang yang terkait dengan penganugerahan tuan rumah bagi Rusia dan Qatar untuk 2018 dan 2022.
Walaupun belum resmi didakwa dengan tuduhan apapun, Presiden FIFA Sepp Blatter menyatakan akan mengundurkan diri begitu presiden baru terpilih. Pemilihan presiden baru FIFA direncanakan akan berlangsung antara Desember 2015 dan Maret 2016.
Kasus Suap
Catatan pengadilan AS yang dirilis kepada publik pekan lalu menunjukkan bahwa seorang mantan anggota komite eksekutif FIFA mengaku telah menerima suap terkait dengan Piala Dunia 1998 dan 2010.
Charles Blazer, seorang warga negara AS yang menjabat di FIFA selama 20 tahun, diam-diam mengaku bersalah pada November 2013 atas 10 tuduhan kriminal di New York sebagai bagian dari perjanjiannya dengan jaksa penuntut AS, menurut transkrip persidangan.
Blazer mengatakan kepada hakim AS bahwa ia dan pejabat-pejabat lainnya di komite eksekutif FIFA menerima suap sehubungan dengan keputusan menjadi Perancis sebagai tuan rumah Piala Dunia 1998. Ia juga mengaku menerima suap terkait dengan penganugerahan tuan rumah Piala Dunia 2010 kepada Afrika Selatan.