Filipina dan Amerika Serikat pada Senin (28/3) memulai latihan militer bersama, yang terbesar sejak 2015, dan hal ini menggarisbawahi peningkatan hubungan pertahanan. Di masa lalu, Presiden Rodrigo Duterte mengurangi latihan perang yang dilakukan Filipina dengan Amerika dan meningkatkan hubungan dengan China.
Latihan tahunan "Balikatan" (bahu-membahu) melibatkan 8.900 tentara tahun ini yang akan mencakup latihan menembak dengan peluru tajam dan latihan dengan kendaraan serbu amfibi.
Sejak menjabat tahun 2016, Duterte berupaya mempererat hubungan dengan China dengan imbalan janji pinjaman, bantuan dan investasi, serta menjauhkan diri dari Amerika Serikat, negara sekutu yang punya perjanjian keamanan dengan Filipina.
Tetapi tahun lalu Presiden Filipina itu membatalkan ancamannya untuk menghapus pakta yang berusia dua dekade dan mengatur kehadiran pasukan AS di negara Asia Tenggara tersebut.
"Kami mengirim pesan kepada dunia bahwa aliansi antara negara kami lebih kuat dari sebelumnya," kata Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana dalam sebuah pernyataan.
Pengerahan Balikatan tahun 2017 tersebut berkurang hampir setengahnya menjadi 5.500 tentara dari tahun sebelumnya dan tidak disertai latihan terkait pertempuran atas perintah Duterte, yang menilainya sebagai hambatan untuk pemulihan hubungan dengan China.
Latihan menembak dengan peluru tajam kembali diikut-sertakan pada tahun 2018 dan 2019 namun skala latihan tetap lebih kecil, kemudian pada tahun 2020 dibatalkan karena pandemi, sementara tahun lalu hanya 640 tentara yang ikut ambil bagian.
Direktur latihan militer AS, Mayor Jenderal Jay Bargeron mengatakan beberapa latihan terbaru, yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan pertahanan negara dan kesiapan untuk menanggapi krisis, tidak boleh dianggap sebagai unjuk kekuatan.
Namun latihan ini yang akan berlangsung selama dua minggu, dilakukan ketika Manila mengecam kegiatan maritim China di bagian yang disengketakan di Laut China Selatan. [mg/jm]