Angkatan Laut Filipina hari Rabu (1/6) memerintahkan pembuatan kapal pendarat amfibi dan tiga kapal pendarat kecil dalam peningkatan upaya modernisasi armada di tengah sengketa wilayah dengan China di Laut China Selatan.
Presiden Benigno Aquino III mengatakan kapal pendarat BRP Tarlac, yang dapat mengangkut pasukan pendarat, saat ini merupakan kapal angkatan laut terbesar.
Kapal itu dibeli lewat program modernisasi militer senilai 60,1 miliar peso (Rp 44 triliun) yang dimulai tahun 2010, ujarnya dalam upacara ulang tahun angkatan laut ke-118.
Seiring waktu, militer Filipina telah memburuk dan menjadi salah satu yang paling lemah di Asia. Aquino mengatakan pemerintahnya telah meningkatkan kemampuan militer lewat program modernisasi tersebut.
Kapal pendarat sepanjang 123 meter itu, yang juga dapat mengangkut helikopter, merupakan yang pertama dari dua kapal semacam itu untuk angkatan laut. Kapal kedua, juga dibangun di Indonesia, diperkirakan akan dikirim tahun depan.
Tiga kapal pendarat yang lebih kecil dibeli dari Australia sebagai tambahan dari dua kapal serupa yang disumbangkan pemerintah Australia sebelumnya.
Aquino, yang masa jabatan enam-tahunnya akan berakhir 30 Juni, mengatakan bahwa sebual kapal riset oseanografi umum yang dapat membantu memetakan dasar laut juga dijadwalkan akan dikirim Juni.
Selain itu, masih ada dua frigata, dua helikopter tempur penyerang kapal selam, dan kapal besar ‘high endurance cutter’, tambahnya.
Kepala Angkatan Laut Laksamana Ceasar Taccad bersumpah akan mempertahankan wilayah negara.
“Hari ini, musuh berdiri di depan pintu kita dan kita tidak bisa lagi melebih-lebihkan urgensi ancaman terhadap kepentingan maritim kita dan kemungkinan integritas wilayah kita,” ujarnya. [hd]