Shahzad Mustafa terkenang masa kecilnya sendiri ketika seorang pekerja dari lembaga advokasi anak Children's Aid Society (CAS) mengunjungi masjidnya untuk berbicara tentang pentingnya keluarga Muslim membina anak-anak dari agama yang sama.
Ibunya pernah mengasuh tiga anak asuh Muslim selama beberapa bulan ketika dia masih kecil, sebuah pengalaman yang menurutnya berdampak besar pada hidupnya.
Setelah mendengar penjelasan CAS di masjid Markham, Ontario, tiga tahun lalu tentang kelangkaan keluarga asuh Muslim di wilayah tersebut, Mustafa mengatakan ia merasa terpukul dan memiliki keinginan untuk bertindak untuk mengatasinya.
Perasaan itulah yang akhirnya memotivasinya dirinya untuk mendirikan sebuah organisasi yang didedikasikan untuk mendorong Muslim di kawasan Toronto menjadi orangtua asuh.
Pria berusia 52 tahun itu mengatakan kelangkaan keluarga asuh Muslim tidak hanya terjadi di Kanada, tapi juga di berbagai penjuru dunia.
“Ada krisis di berbagai penjuru dunia. Ada banyak anak yang tidak memiliki orang tua. Ada banyak anak yang untuk sementara tidak bisa bersama keluarga mereka. Ada banyak penyebabnya. Entah itu perang, kematian, perceraian atau lain-lain. Banyak di antara mereka adalah Muslim. Kita harus menjaga anak-anak itu dan kita harus menjadi bagian dari solusi," kata Mustafa.
Organisasi tersebut bernama FosterLink, dan mulai dioperasikan pada Maret 2018 dengan dukungan Mercy Mission Canada, sebuah kelompok pengembangan komunitas Muslim di mana Mustafa menjadi direkturnya.
FosterLink menyelenggarakan berbagai acara di masjid untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjadi orangtua asuh. Sejauh ini, organisasinya telah merekrut lebih dari 100 orang untuk bisa menjadi orang tua asuh melalui proses seleksi ketat selama berbulan-bulan.
Mustafa mengatakan, minat masyarakat sebetulnya sangat besar, namun tidak semuanya memenuhi syarat. Menurutnya menempatkan seorang anak terlantar di tangan orang tua asuh menuntut tanggung jawab besar.
Mustafa menegaskan, FosterLink bukanlah organisasi yang bertugas menempatkan anak di keluarga baru, melainkan organisasi yang menghubungkan calon orang tua asuh dengan badan-badan penanggulangan anak-anak terlantar.
“Organisasi kami bukan organisasi penempatan anak. Kami tidak mensertifikasi orangtua asuh. Kami hanya mendidik dan menggugah orang-orang Muslim untuk menyediakan ruang dan waktu mereka bagi anak-anak Muslim. Kami pada prinsipnya seperti menyeleksi awal orang-orang yang berpotensi sebagai orangtua asuh, untuk kemudian menginformasikannya ke lembaga-lembaga yang berwenang menangani anak-anak yang terlantar,” jelas Mustafa.
Menurut Asosiasi Perhimpunan Bantuan Anak Ontario, antara tahun 2019 dan 2020 ada lebih 13.000 anak dan remaja yang membutuhkan orang tua asuh. Asosiasi itu tidak memberikan angka pasti tentang berapa banyak anak Muslim yang membutuhkan pengasuhan, tetapi mengatakan mereka sangat membutuhkan orangtua asuh yang Muslim.
Kadhijah Matin, seorang ibu asuh, mengerti pentingnya seorang anak Muslim ditempatkan dalam keluarga Muslim. Berkat bantuan FosterLink, tiga anak Muslim kini berada dalam bimbingan ibu dua anak ini.
"Jika kita menyimak salah satu tanggung jawab Muslim terkait pengasuhan anak, atau sebagai orang tua, termasuk orang tua asuh, adalah memastikan anak merasa aman dan nyaman. Jika kita membawa anak-anak dari satu budaya dan menempatkan mereka di rumah yang berbeda budaya, itu bukan untuk kepentingan terbaik mereka. Identitas itu penting, tapi bukan hanya identitas. Penting bagi mereka berada di suatu tempat yang aman dan nyaman, terkait makanan dan adat istiadat,” kata Kadhijah Matin.
Menjadi orangtua asuh tidak sama dengan mengadopsi anak. Menjadi orangtua asuh berarti memberi anak tempat perlindungan sementara yang aman sampai orangtua sesungguhnya atau walinya dianggap cukup fit untuk menerima kembali anak itu atau sampai anak tersebut diadopsi. [ab/uh]