Para aktivis oposisi Suriah melansir foto bocah lelaki yang tampak bingung dan sangat lelah, sementara ia duduk di sebuah kursi oranye di dalam ambulan. Wajah bocah ini tampak berlumuran darah dan debu.
Seorang dokter di Aleppo, Osama Abu al-Ezz, Kamis (18/8) mengatakan bocah berusia lima tahun itu bernama Omran Dagneesh. Ia mengukuhkan bahwa bocah itu dibawa ke sebuah rumah sakit yang disebut M10 pada Rabu malam (17/8) dan dirawat karena luka-luka di kepalanya.
Omran cedera setelah serangan udara terhadap kawasan Qaterji yang dikuasai pemberontak. Seorang dokter di M10 mengatakan delapan orang tewas dalam serangan udara tersebut, termasuk di antaranya lima anak-anak.
Tidak lama setelah serangan, para petugas penyelamat dan jurnalis mulai mengeluarkan para korban dari reruntuhan. Di antara para penyelamat itu terdapat wartawan foto Mahmoud Raslan. Dialah yang mengambil foto ikonik yang menggambarkan kekejaman perang di Suriah itu.
Raslan mengatakan Omran, orang tua dan tiga saudaranya berhasil dikeluarkan dari reruntuhan gedung apartemen mereka yang hancur sebagian. Ia mengatakan tak seorang pun anggota keluarga Omran yang mengalami luka parah tetapi apartemen itu runtuh tidak lama setelah mereka diselamatkan.
Sementara itu, Utusan PBB untuk Suriah Staffan de Mistura menyatakan frustrasi atas berlanjutnya kekerasan yang menghalangi pengiriman bantuan kemanusiaan bagi mereka yang sangat membutuhkan di banyak kawasan yang terkepung di negara itu.
Ia mempersingkat pertemuan mingguan satgas pengiriman bantuan PBB hari Kamis di Jenewa dan mengatakan kelompok itu akan bertemu kembali pekan depan dengan apa yang ia harapkan berupa pembahasan mengenai aksi, bukannya harapan atau janji.
Ia mengulangi seruan bagi gencatan senjata 48 jam di Aleppo, agar bantuan dapat dikirimkan, dan mengatakan untuk mencapai hal tersebut perlu upaya besar oleh Amerika Serikat, Rusia dan negara-negara lain yang memiliki pengaruh terhadap pihak-pihak yang berperang di Suriah.
“Besok adalah Hari Kemanusiaan Dunia, dan di Suriah apa yang kita dengar dan lihat hanyalah pertempuran, serangan, serangan balasan, roket-roket, bom barel, mortar, tembakan meriam, bom napalm, klorin, penembak jitu, serangan udara, pelaku serangan bunuh diri,” kata de Mistura. “Tak satu pun konvoi dalam satu bulan ini yang tiba di daerah-daerah yang terkepung. Tak satu konvoi pun. Mengapa? Hanya karena satu hal: pertempuran. Prioritas pada saat ini, setidaknya dari apa yang kami lihat, jelas adalah perang.”
Konflik di Suriah telah berkecamuk selama lima tahun lebih. PBB memperkirakan lebih dari 400 ribu orang tewas dan 13,5 juta memerlukan bantuan. Pembicaraan perdamaian yang ditengahi PBB telah beberapa kali diadakan selain diskusi regular di kalangan diplomat mengenai cara mengakhiri pertempuran, tetapi tidak ada kemajuan nyata yang dicapai. [uh/ab]