Pemimpin 20 negara ekonomi terkemuka dunia (G-20) memutuskan akan memaksa perusahaan-perusahaan multinasional terbesar dunia agar membayar pajak lebih banyak.
Dalam KTT tahunan di St. Petersburg, Rusia, para kepala negara G-20 hari Jumat sepakat mendukung rencana perpajakan yang disusun Organisasi bagi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan. Rencana itu akan menghilangkan celah yang memungkinkan banyak perusahaan menyembunyikan laba di negara-negara yang pajaknya ringan, dan memaksa mereka membayar pajak di negara-negara tempat mereka menjalankan bisnis.
Dalam pernyataan akhir KTT, G-20 mendukung pertukaran otomatis informasi pajak di antara mereka guna mencegah perusahaan-perusahaan menyimpan uang dalam rekening bank asing yang dirahasiakan. Dinyatakan, bila strategi perusahaan menyimpan laba dalam rekening di luar negeri "dibiarkan”, akan merusak keadilan dan integritas sistem perpajakan kita." Menteri-menteri keuangan G-20, yang menghasilkan 90 persen keluaran ekonomi dunia, juga diperkirakan akan mendukung rencana itu pada akhir pertemuan dua hari mereka hari Sabtu di Moskow.
Sebagian perusahaan multinasional terbesar dunia yang berpusat di satu negara tetapi sebagian besar operasinya dilakukan di negara lain, selama ini sering berhasil menghindari pajak besar di negara mereka dengan menyimpan pendapatan di negara lain.
Sebagai contoh, penyidik di Senat Amerika tahun ini mendapati perusahaan teknologi raksasa Apple, dengan memanfaatkan celah hukum di Irlandia dan Amerika, mampu secara sah menghindari seluruh pajak dari sedikitnya 74 miliar dolar pendapatan selama empat tahun belakangan.
Perusahaan-perusahaan besar Amerika lain seperti perusahaan mesin pencari Google dan jaringan kedai kopi Starbucks kemungkinan terimbas keputusan G-20 ini, meskipun pejabat-pejabat mengatakan akan perlu bertahun-tahun sebelum perubahan perpajakan itu mulai berlaku.
Dalam KTT tahunan di St. Petersburg, Rusia, para kepala negara G-20 hari Jumat sepakat mendukung rencana perpajakan yang disusun Organisasi bagi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan. Rencana itu akan menghilangkan celah yang memungkinkan banyak perusahaan menyembunyikan laba di negara-negara yang pajaknya ringan, dan memaksa mereka membayar pajak di negara-negara tempat mereka menjalankan bisnis.
Dalam pernyataan akhir KTT, G-20 mendukung pertukaran otomatis informasi pajak di antara mereka guna mencegah perusahaan-perusahaan menyimpan uang dalam rekening bank asing yang dirahasiakan. Dinyatakan, bila strategi perusahaan menyimpan laba dalam rekening di luar negeri "dibiarkan”, akan merusak keadilan dan integritas sistem perpajakan kita." Menteri-menteri keuangan G-20, yang menghasilkan 90 persen keluaran ekonomi dunia, juga diperkirakan akan mendukung rencana itu pada akhir pertemuan dua hari mereka hari Sabtu di Moskow.
Sebagian perusahaan multinasional terbesar dunia yang berpusat di satu negara tetapi sebagian besar operasinya dilakukan di negara lain, selama ini sering berhasil menghindari pajak besar di negara mereka dengan menyimpan pendapatan di negara lain.
Sebagai contoh, penyidik di Senat Amerika tahun ini mendapati perusahaan teknologi raksasa Apple, dengan memanfaatkan celah hukum di Irlandia dan Amerika, mampu secara sah menghindari seluruh pajak dari sedikitnya 74 miliar dolar pendapatan selama empat tahun belakangan.
Perusahaan-perusahaan besar Amerika lain seperti perusahaan mesin pencari Google dan jaringan kedai kopi Starbucks kemungkinan terimbas keputusan G-20 ini, meskipun pejabat-pejabat mengatakan akan perlu bertahun-tahun sebelum perubahan perpajakan itu mulai berlaku.
