Juru bicara Gedung Putih mengatakan Sabtu malam, bahwa AS dengan bekerjasama dengan negara-negara anggota DK PBB dan Jerman, akan terus mengusahakan sebuah solusi diplomatik.
Menurut juru bicara tadi, Presiden Barack Obama telah menekankan bahwa dia akan melakukan apa pun untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Tommy Vietor mengatakan Sabtu bahwa Presiden Barack Obama telah menegaskan ia akan mencegah Iran memperoleh senjata nuklir dan berbuat apa saja yang perlu guna mencegah hal seperti itu. Vietor mengatakan Iran harus memenuhi kewajibannya atau kalau tidak menghadapi tekanan yang semakin besar.
“Bolanya ada di pihak Iran, kalau tidak mereka akan terus menghadapi sanksi yang melumpuhkan dan tekanan yang semakin meningkat,” demikian kata pernyataan Vietor.
Dengan mengutip para pejabat pemerintahan Obama yang tidak disebutkan nama mereka itu, The New York Times mengungkapkan, AS dan Iran telah mengadakan komunikasi rahasia yang intensif hampir sejak Barack Obama menjadi presiden pada tahun 2009.
Para pejabat tadi mengutarakan, Iran ingin menunggu sampai pemilu presiden usai bulan November yang akan datang, untuk melihat dengan siapa mereka akan berunding, pemerintahan Obama tahap ke dua atau dengan pemerintahan Mitt Romney dari Partai Republik, yang menuduh Obama bersikap terlalu lunak terhadap Iran.
The Times menegaskan, para pejabat AS ingin membatasi perundingan tersebut pada program nuklir Iran dan tidak akan membiarkan Iran mengaitkan perundingan tersebut dengan isyu-isyu lainnya, termasuk Suriah.
AS telah lama mencurigai Iran berusaha membuat bom nuklir, tetapi Iran terus menyatakan bahwa program nuklirnya hanya untuk tujuan sipil yang damai.
Israel telah mengancam akan melancarkan tindakan militer terhadap Iran. Dutabesar Israel untuk AS, Michael B. Oren, memberitahu The Times bahwa, Israel yakin Iran semestinya tidak dihadiahi dengan perundingan, melainkan justru sanksi-sanksi harus diperkuat.
Berbagai sanksi internasional dan boikot minyak Uni Eropa, sejauh ini gagal membujuk Iran menghentikan program nuklirnya.
Menurut juru bicara tadi, Presiden Barack Obama telah menekankan bahwa dia akan melakukan apa pun untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Tommy Vietor mengatakan Sabtu bahwa Presiden Barack Obama telah menegaskan ia akan mencegah Iran memperoleh senjata nuklir dan berbuat apa saja yang perlu guna mencegah hal seperti itu. Vietor mengatakan Iran harus memenuhi kewajibannya atau kalau tidak menghadapi tekanan yang semakin besar.
“Bolanya ada di pihak Iran, kalau tidak mereka akan terus menghadapi sanksi yang melumpuhkan dan tekanan yang semakin meningkat,” demikian kata pernyataan Vietor.
Dengan mengutip para pejabat pemerintahan Obama yang tidak disebutkan nama mereka itu, The New York Times mengungkapkan, AS dan Iran telah mengadakan komunikasi rahasia yang intensif hampir sejak Barack Obama menjadi presiden pada tahun 2009.
Para pejabat tadi mengutarakan, Iran ingin menunggu sampai pemilu presiden usai bulan November yang akan datang, untuk melihat dengan siapa mereka akan berunding, pemerintahan Obama tahap ke dua atau dengan pemerintahan Mitt Romney dari Partai Republik, yang menuduh Obama bersikap terlalu lunak terhadap Iran.
The Times menegaskan, para pejabat AS ingin membatasi perundingan tersebut pada program nuklir Iran dan tidak akan membiarkan Iran mengaitkan perundingan tersebut dengan isyu-isyu lainnya, termasuk Suriah.
AS telah lama mencurigai Iran berusaha membuat bom nuklir, tetapi Iran terus menyatakan bahwa program nuklirnya hanya untuk tujuan sipil yang damai.
Israel telah mengancam akan melancarkan tindakan militer terhadap Iran. Dutabesar Israel untuk AS, Michael B. Oren, memberitahu The Times bahwa, Israel yakin Iran semestinya tidak dihadiahi dengan perundingan, melainkan justru sanksi-sanksi harus diperkuat.
Berbagai sanksi internasional dan boikot minyak Uni Eropa, sejauh ini gagal membujuk Iran menghentikan program nuklirnya.