Israel mengepung Kota Gaza dengan tank-tank. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan, Israel akan mengambil tanggung jawab keamanan secara keseluruhan setelah merebut kendali atas wilayah itu dari tangan Hamas.
Setelah pembicaraan diplomasi bolak-balik, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengakui bahwa upaya untuk menghentikan pemboman Israel di Gaza dan merencanakan masa depan rakyat Palestina adalah “pekerjaan yang sedang berlangsung.”
Sebulan setelah serangan brutal yang dilakukan oleh militan Hamas yang menewaskan 1.400 orang dan melukai 5.400 orang, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menjadi berita utama dalam wawancara dengan ABC News.
Netanyahu mengatakan, “Siapa yang tidak ingin melanjutkan cara Hamas, saya pikir untuk jangka waktu yang tidak terbatas, Israel akan bertanggung jawab keamanan secara keseluruhan karena kita lihat apa yang terjadi jika bukan kami yang bertanggung jawab. Kalau bukan kami yang bertanggung jawab atas keamanan di sana, yang kita hadapi adalah meletusnya teror Hamas dalam skala yang tidak dapat kita bayangkan.”
Gedung Putih Tak Mendukung Pendudukan Gaza pasca Perang
Di Gedung Putih, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby memberikan tanggapan tentang pernyataan Netanyahu itu.
“Kami akan membiarkan mereka mengungkapkan niat mereka. Namun tentu saja kami sedang berdiskusi tentang seperti apa seharusnya situasi pasca-konflik, seperti apa seharusnya tata kelola pemerintahan di Gaza? Satu hal yang sudah jelas adalah Hamas tidak bisa dilibatkan. Kita tidak bisa kembali ke 6 Oktober.”
Kepada jaringan televisi ABC News, John Kirby menambahkan bahwa dia akan menyerahkan kepada Netanyahu untuk mengklarifikasi apa yang dia maksud dengan “tidak terbatas”
“Presiden Biden sudah sangat jelas,” kata Kirby kepada para wartawan.
“Kami tidak mendukung pendudukan Gaza oleh Pasukan Pertahanan Israel. Kami berpendapat bahwa perlu ada serangkaian perbincangan yang sehat mengenai seperti apa Gaza pasca-konflik dan seperti apa tata kelola pemerintahannya,” tandasnya.
Sementara, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Vedant Patel, pada hari Selasa, juga ditanyai tentang masa depan Gaza setelah pertempuran berakhir.
“Gaza adalah tanah orang-orang Palestina dan akan tetap menjadi tanah mereka. Secara umum, kami tidak mendukung pendudukan kembali Gaza dan begitu pula Israel. Menteri Blinken juga cukup jelas mengenai itu dalam lawatannya.”
Blinken baru saja menyelesaikan lawatan kedua di Timur Tengah sejak perang meletus. Ia bertemu dengan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas dan mengindikasikan bahwa Otoritas Palestina mungkin paling cocok untuk mengelola Gaza setelah perang.
Seorang pakar yang berbicara kepada VOA mengatakan, ia yakin solusi dua negara bagi Israel dan Palestina masih merupakan harapan terbaik bagi perdamaian abadi di kawasan itu. Gilead Sher adalah kepala staf mantan Perdana Menteri Israel Ehud Barak. Ia berbicara kepada VOA melalui Zoom dari Israel.
“Saya percaya bahwa ini harus dilakukan melalui pemulihan Gaza dengan integrasi Otoritas Palestina secara bertahap, dengan bantuan dari Saudi, mungkin negara-negara Teluk, Mesir, Yordania, Amerika Serikat, poros Sunni, poros Sunni Barat."
Blinken meninggalkan Timur Tengah menuju Asia untuk menghadiri pertemuan G7. Namun perang Israel-Hamas masih menjadi isu utama diskusi.
“Saya sangat menghargai dukungan dan simpati setelah serangan mengerikan Hamas yang menyebabkan warga Amerika menjadi korban dan disandera. Ini juga merupakan saat yang sangat penting bagi G7 untuk bersatu dalam menghadapi krisis ini dan menanggapinya seperti yang kami lakukan, dengan satu suara yang jelas.”
Protes atas dukungan militer AS untuk Israel menyambut kedatangan Blinken ke Jepang, sementara internasional semakin marah atas meningkatnya jumlah kematian warga sipil di Gaza.
Sampai Selasa, setidaknya 10.328 orang di Gaza tewas dan 25.900 orang terluka, kata Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas. [lt/ps/ka]
Forum