Dengan DPR Amerika yang diperkirakan akan memberikan suara untuk memakzulkan Presiden Donald Trump minggu ini, Gedung Putih mengalihkan fokus ke Senat yang dikuasai oleh Partai Republik, di mana presiden akan menghadapi persidangan pada awal Januari. Koresponden VOA di Gedung Putih, Patsy Widakuswara, melaporkan tentang bagaimana Trump dan sekutu-sekutunya berencana menyusun pembelaan yang cepat dan agresif, dengan tujuan mengubah keadaan sehingga merugikan Partai Demokrat.
Di Amerika, Desember biasanya merupakan bulan pesta Natal yang penuh kegembiraan, tetapi, Gedung Putih menyiapkan diri untuk menghadapi pertempuran.
Minggu ini, Dewan Perwakilan Rakyat yang dikontrol oleh Partai Demokrat dijadwalkan akan memberikan suara untuk memakzulkan Presiden Donald Trump dengan tuduhan menyalahgunaan kekuasaan dan menghalangi penyelidikan Kongres.
Trump akan menghadapi persidangan di Senat, di mana Partai Demokrat meminta agar dihadirkan lebih banyak saksi, termasuk Penjabat Kepala Staf Gedung Putih Mick Mulvaney dan mantan Penasihat Keamanan Nasional John Bolton.
Mengenai tambahan para saksi itu, pemimpin Fraksi Minoritas di Senat Minority Chuck Schumer, dari Partai Demokrat menjelaskan, “Mereka mungkin akan menyajikan bukti-bukti yang membantu Presiden Trump, mungkin juga akan memberatkan presiden, tetapi mereka harus didengar.”
Sejauh ini, strategi Gedung Putih adalah dengan cara menghalang-halangi dan menyebut penyelidikan DPR sebagai “proses partisan akal-akalan,” yang telah efektif dalam mempertahankan dukungan dari basis pendukung Trump.
Todd Belt, guru besar Universitas George Washington di Washington, D.C., mengatakan, “Selama dia mempertahankan basis dukungannya, dan mereka tidak memutuskan hubungan dengan presiden, maka para senator akan berpikir pada diri mereka sendiri, ‘Yah, tidak ada gunanya bagi saya untuk memutuskan hubungan dengan presiden jika saya nantinya mencalonkan diri untuk pemilihan kembali.”
Sekarang, karena prosesnya bergerak ke Senat yang dipimpin oleh Partai Republik, maka strategi Gedung Putih bergeser. Gedung Putih kini bekerja dengan para senator senior Partai Republik menyiapkan diri agar nantinya sidang di Senat dilakukan dengan cepat dengan kerugian politik seminim mungkin, seperti dipaparkan sendiri oleh Presiden Trump.
“Saya sudah mendengar mengenai kemauan Mitch McConnell. Saya sudah mendengar tentang keinginan Lindsey Graham. Saya kira mereka sangat setuju dengan beberapa konsep. Saya akan melakukan apa pun yang ingin mereka lakukan. Tidak masalah.”
Pemimpin Faksi Mayoritas di Senat Mitch McConnell telah menjanjikan “koordinasi total” dengan pemerintahan Trump.
Para kritikus menuduhnya melanggar kewajiban untuk bersikap tidak memihak.
Salah seorang yang berpendapat demikian adalah Vanessa Beasley, guru besar di Universitas Vanderbilt University. “Itu adalah strategi yang telah berhasil dengan baik bagi McConnell pada masa lalu - untuk terus maju dan menunjukkan kesetiaannya, memberikan sinyal tentang apa yang akan dilakukannya dan apa yang tidak akan dilakukannya. Jadi, dia bertaruh bahwa itulah sebenarnya yang diinginkan oleh para pendukung Partai Republik,” jelasnya.
Strategi lainnya adalah terus menyerang bakal calon presiden Partai Demokrat Joe Biden sebagai orang yang korup karena mengizinkan anaknya menjadi anggota dewan perusahaan gas Ukraina ketika dia menjabat sebagai wakil presiden. Serangan demikian akan itu mungkin akan merugikan Biden.
Sementara itu, Joe Biden menolak tuntutan agar dia bersaksi dalam sidang pemakzulan Trump di Senat nantinya, dan dia menyebut permintaan itu sebagai cara untuk mengalihkan perhatian. [lt/ab]