Gedung Putih mengisyaratkan bahwa keputusan Indonesia, presidensi G20 tahun ini, untuk mengundang Ukraina ke pertemuan puncak di Bali tidak cukup untuk memastikan kehadiran Presiden Amerika Joe Biden, kecuali jika Presiden Rusia Vladimir Putin tidak diikutsertakan dalam pertemuan itu.
“Pemahaman kami, dan tentu saja Anda dapat mengkonfirmasi hal ini pada Indonesia karena kami telah menghubungi secara pribadi, adalah bahwa mereka (Indonesia.red) mengundang Rusia sebelum invasi... Kami telah menyampaikan pandangan bahwa kami kira (Rusia) sedianya tidak menjadi bagian dari pertemuan itu...” ujar juru bicara Gedung Putih kepada wartawan pada Jumat (29/4).
Sebelumnya pada hari Jumat, Presiden Indonesia Joko Widodo mengumumkan bahwa ia telah mengundang Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy untuk menghadiri forum ekonomi itu.
“Kami memahami bahwa G20 memiliki peran sebagai katalisator dalam pemulihan ekonomi dunia dan kalau kita bicara mengenai pemulihan ekonomi dunia maka terdapat 2 hal besar yang mempengaruhi saat ini : pandemi COVID-19 dan perang di Ukraina,” ujar Jokowi menjelaskan alasan mengapa ia mengundang Zelenskyy.
Lebih jauh Jokowi mengatakan ia menyampaikan undangan itu dalam pembicaraan telpon dengan Zelenskyy pada Rabu (27/4), di mana Jokowi menolak permintaan senjata tetapi menawarkan bantuan kemanusiaan. Ia juga mengatakan telah berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis (28/4) dan bahwa Putin telah memastikan akan datang menghadiri pertemuan itu.
“Indonesia ingin menyatukan G20,” ujar Jokowi, “perdamaian dan stabilitas akan kunci menuju pemulihan ekonomi global dan pembangunan.”
Hal ini mungkin merupakan tugas yang berat di tengah tuntutan para pemimpin Barat untuk tidak mengikutsertakan Rusia dalam kelompok 20 negara dengan tingkat perekonomian terbesar di dunia. Presiden Amerika Joe Biden, Perdana Menteri Kanada Justin Tredau dan Perdana Menteri Asia Scott Morrison telah menyuarakan keprihatinan tentang partisipasi Putin dalam KTT itu, dan mengisyaratkan mereka tidak akan datang jika Putin hadir.
Tidak Ada Jalur Diplomatik
Psaki mengatakan meskipun pemerintah Amerika menyambut baik langkah Indonesia untuk mengundang Ukraina, pesimis bahwa Rusia akan mengambil jalan keluar diplomatik dari perang menjelang KTT G20 itu.
“Hingga saat ini kami belum melihat indikasi adanya rencana Rusia untuk berpartipasi dalam pembicaraan diplomatik secara konstruktif,” tegas Psaki. Ditambahkannya, “tentu saja harapan kami hal itu akan berubah karena jelas pembicaraan dan perundingan diplomatik adalah cara untuk mengakhiri konflik ini, dan Presiden Putin dapat mengakhiri (perang.red) besok, ia dapat mengakhirinya sekarang.”
Biden adalah pihak yang mengusulkan untuk mengundang Ukraina dalam KTT G20 jika negara-negara anggota kelompok itu tidak setuju untuk mengeluarkan Rusia. Biden menyampaikan hal itu setelah melangsungkan pertemuan dengan anggota-anggota NATO dan sekutu-sekutu Eropa di Brussels bulan lalu, di mana ia mengatakan mereka membahas untuk mengeluarkan Putin dari G20.
Merujuk pada China yang mendukung Rusia untuk mempertahankan keanggotaan di G20, para analis menunjukkan bahwa Jokowi berada dalam posisi sulit. Pada akhirnya pemerintah Indonesia mungkin harus memutuskan apakah akan menukar kehadiran Putin dengan ketidakhadiran beberapa pemimpin Barat.
“Saya pikir solusi yang tepat untuk Indonesia adalah mereka mengundang Zelenskyy, dan kemudian Rusia mengatakan bahwa Putin memutuskan tidak datang; dan kemudian Jokowi tidak harus membuat keputusan ini,” ujar Gregory Poling, peneliti CSIS yang mengkaji kebijakan luar negeri Amerika di Asia Pasifik.
Harapan Biden
Awal bulan ini pemerintah Biden mengisyaratkan pihaknya ingin agar G20 membahas dampak ekonomi dari invasi Rusia ke Ukraina dan potensi pembangunan kembali Ukraina.
Gagasan ini tampaknya akan menciptakan perselisihan lebih jauh di forum ekonomi tersebut. Negara-negara G20 seperti India, Brasil, Afrika Selatan, Meksiko, Arab Saudi dan lainnya telah memusatkan agenda mereka sendiri di seputar pemulihan pasca-pandemi, yang tidak sejalan dengan fokus Barat untuk mengisolasi Putin dan membantu Ukraina.
Indonesia telah nenetapkan tiga pilar semasa menjadi presidensi G20, yaitu pada arsitektur kesehatan global, transisi energi berkelanjutan dan transformasi digital.
Indonesia memilih tema KTT G20 “Recover Together, Recover Stronger,” sebuah proposal yang dapat yang dapat diuraikan di tengah persaingan geopolitik baru yang dipicu oleh perang Rusia di Ukraina. [em/ah]