Gedung Putih menyambut pertemuan rahasia antara pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dan Presiden China Xi Jinping sebagai langkah positif bagi kemungkinan berlangsungnya pembicaraan antara Washington dan Pyongyang. Meski demikian Presiden AS Donald Trump terus mengusahakan tekanan maksimum terhadap Korea Utara.
Seorang pakar Asia Timur mengatakan, kunjungan Kim ke China juga merupakan usaha pemimpin Korea Utara itu untuk menegaskan sikapnya sebelum pembicaraan antar Korea yang dijadwalkan berlangsung April.
Pertemuan tak terduga antara pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dan Presiden China Xi Jinping dipandang sebagai langkah positif oleh Washington.
Dalam cuitannya di Twitter, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa kini ada peluang Kim Jong-un akan melakukan tindakan yang benar bagi rakyatnya dan bagi kemanusiaan.
Juru bicara Gedung Putih Sarah Huckabee Sanders mengatakan, pertemuan Kim dan Xi merupakan bukti lain bahwa tekanan AS terhadap Korea Utara membuahkan hasil. "Meski ada sedikit kekhawatiran, kami merasa cukup optimistis. Kami berpendapat segala sesuatunya bergerak ke arah yang benar.”
Amerika Serikat menekan Korea Utara melalui berbagai sanksi, dan bahkan menghukum perusahaan-perusahaan di berbagai penjuru dunia yang melakukan transaksi ilegal dengan Korea Utara.
Gedung Putih mengambil pendekatan menunggu dan melihat sebelum berkomitmen untuk melangsungkan pembicaraan resmi antara AS dan Korea Utara. Namun, Gedung Putih menyatakan debut diplomasi Kim di China menunjukkan bahwa Korea Utara siap bernegosiasi.
"Anda tahu, untuk kali pertama sejak menjadi pemimpin Korea Utara, ia melawat ke luar negeri, untuk melangsungkan pertemuan itu. Kami menganggap ini sebagai petunjuk positif bahwa usaha memberikan tekanan maksimum membuahkan hasil. Kami akan terus mengambil langkah ini dan berharap kelak akan ada pertemuan,” imbuh Sanders.
Kunjungan Kim Jong-un ke luar negeri sejak memegang kekuasaan pada 2011 berlangsung di tengah-tengah ketegangan dengan China terkait ambisi nuklir Pyongyang, dan hanya beberapa pekan sebelum pertemuan yang dijadwalkan dengan Korea selatan.
Douglas Paal, pakar Asia Timur dari Carnegie Endowment for Peace mengatakan, "Wajar bahwa ketika akan melangsungkan pertemuan besar, Anda ingin menunjukkan bahwa Anda memiliki manuver dan dukungan diplomatik di mata Korea Selatan. China dalah mitra aliansi Korea Utara dan sekalipun aliansi itu sedang tegang saat ini, pertemuan antara pemimpin Korea Utara dan pemimpin China merupakan sebuah cara untuk menunjukkan bahwa Kim Jong-un tidak sendirian menghadiri pertemuan dengan Korea Selatan.”
Media-media di China menyiratkan Kim Jong-un terbuka pada kemungkinan dilangsungkannya pembicaraan mengenai denuklirisasi seandainya Korea Selatan dan Amerika Serikat menanggapi usaha Pyongyang ini dengan itikad baik.
Richard Bush seorang cendekiawan senior dalam masalah Asia Timur di Brookings Institution mengatakan, "Berdasarkan bagaimana Korea Utara menjabarkan persyaratan-persyaratannya pada masa lalu, ini bisa berarti pengakhiran aliansi AS-Korea Selatan, penarikan pasukan Amerika dari Semenanjung Korea, pengakhiran perlindungan nuklir AS -- tak satupun dari semua itu ingin dipertimbangkan oleh pemerintah Amerika dan pemerintah Korea Selatan.”
Pembicaraan antar Korea yang direncanakan berlangsung April kemungkinan akan diikuti pertemuan tatap muka antara Kim Jong-un dan Presiden Trump. Namun sebelum itu terlaksana, Trump menyebutkan dalam cuitan Twitter-nya, ”Usaha memberi tekanan maksimum akan terus berlanjut.” [ab/lt]