Keputusan mendadak Donald Trump menyampaikan selamat kepada Vladimir Putin, yang terpilih kembali menjadi presiden Rusia, bocor. Gedung Putih hari Rabu (21/3) marah atas kebocoran itu, menilainya sebagai memalukan. Seorang pejabat menggambarkan pembocoran itu sebagai ilegal.
Presiden Donald Trump menyampaikan ucapan selamat kepada Vladimir Putin atas terpilihnya kembali sebagai presiden Rusia melalui percakapan telepon hari Selasa (20/3). Penyelidikan sedang berlangsung untuk mengetahui orang yang membocorkan catatan yang disiapkan tim keamanan nasional bagi percakapan itu.
Di dalamnya termuat peringatan "JANGAN UCAPKAN SELAMAT," namun peringatan tersebut diabaikan Trump. Ketika menelepon Putin, Trump sama sekali tidak memedulikan saran beberapa penasihat keamanan nasionalnya.
Ia kemudian melangkah lebih jauh, memberi selamat kepada pemimpin Rusia itu, karena memenangkan masa jabatan presiden keempat, meskipun pemilihan itu dicemari bukti surat suara yang sudah terisi, penyensoran media dan pemenjaraan lawan-lawan politik.
Baca juga: Trump dan Putin Rencanakan Pertemuan Segera
Harian the Washington Post dan media lain melaporkan, penasihatnya secara eksplisit menyarankan Trump agar tidak mengucapkan selamat kepada Putin dan ia harus mengutuk upaya meracuni mata-mata Rusia di Inggris.
Menurut laporan Gedung Putih dan Kremlin, Trump tidak mengikuti saran itu.
Kebocoran informasi sensitif semacam itu, terkait saran dari Kantor Presiden, menunjukkan rasa frustrasi yang mendalam di Gedung Putih atas pendekatan dadakan presiden dan sikapnya yang mengabaikan saran dari orang-orang di dalam lingkarannya.
Sangat sedikit pejabat yang mengetahui rincian telepon tersebut. Hanya mereka yang berada pada level tertinggi pemerintah dan presiden sendiri.
Kepada kantor berita Perancis, AFP, pejabat-pejabat, yang tidak mau nama mereka disebut, mengatakan penyelidikan untuk menemukan pembocor itu sedang berlangsung.
Seorang pejabat mengatakan dokumen-dokumen yang disiapkan untuk percakapan telepon itu mungkin dinyatakan sebagai rahasia sehingga pembocorannya dianggap kejahatan.
"Kami tidak bisa mengomentari dugaan dokumen-dokumen itu dinyatakan sebagai rahasia yang diduga diserahkan kepada presiden," ujar seorang pejabat senior pemerintah kepada AFP.
Kebocoran itu tidak diragukan lagi semakin memalukan Gedung Putih yang kini sudah diliputi kekacauan.
Negara-negara sekutu, terutama Inggris, sangat marah karena Trump tidak menunjukkan solidaritas setelah serangan senjata kimia terhadap agen ganda Sergei Skripal di kota kecil Inggris.
Gedung Putih menunggu beberapa hari sebelum mengutuk serangan itu, yang dituduhkan Inggris dilakukan Kremlin tetapi dibantah Rusia.
Kebocoran Gedung Putih itu juga merupakan kemenangan diplomatik yang besar bagi Rusia, karena seakan-akan memberi Putin legitimasi, sementara menimbulkan permusuhan di antara negara-negara sekutu barat dan di dalam Gedung Putih sendiri. [ka/jm]