Tim penyelamat mencari korban selamat yang masih terjebak di bawah reruntuhan bangunan di Vanuatu pada Rabu (18/12), setelah gempa bumi dahsyat mengguncang Ibu Kota Port Vila, menewaskan sedikitnya 14 orang.
Orang-orang berteriak dari bawah reruntuhan sebuah toko tiga lantai di kota itu, di mana sejumlah penyelamat berupaya sepanjang malam untuk mencari mereka, kata salah satu warga, Michael Thompson, kepada kantor berita AFP melalui sambungan telepon setalit.
“Kami berhasil mengeluarkan tiga orang yang terjebak. Sayangnya, satu di antara mereka tidak selamat,” ungkapnya.
Sekitar 80 orang, termasuk polisi, petugas medis, penyelamat terlatih dan sukarelawan menggunakan ekskavator, palu godam, mesin penggiling dan gergaji beton untuk mengevakuasi para korban, “semua yang bisa kami gunakan.”
Ketika para penyelamat di lokasi itu diam, mereka masih bisa mendengar tiga orang dari bawah reruntuhan memberi petunjuk bahwa mereka masih hidup pada Rabu pagi, kata Thompson.
“Ada berton-ton puing di atas mereka, dan dua balok beton cukup besar yang runtuh,” ungkapnya.
Gempa berkekuatan 7,3 magnitudo mengguncang pulau utama Vanuatu pada pukul 12.47 siang hari Selasa (17/12).
Gempa itu meratakan bangunan-bangunan besar, memecahkan dinding dan jendela, merobohkan jembatan, dan memicu tanah longsor di kepulauan berketinggian rendah dan berpenduduk 320.000 orang itu.
Sejumlah gempa susulan terjadi di negara yang terletak di Lingkar Api Pasifik yang rawan gempa itu.
Gempa tersebut melumpuhkan sebagian besar jaringan telekomunikasi. Maskapai penerbangan menghentikan penerbangan dengan alasan kerusakan pada landasan pacu. Tanah longsor juga terjadi di dekat pelabuhan internasional utama.
Katie Greenwood, kepala Palang Merah di Pasifik, menulis di X bahwa pemerintah Vanuatu telah melaporkan 14 korban jiwa dan 200 korban luka yang sedang dirawat di rumah sakit utama di Ibu Kota Port Vila.
Lantai dasar dari bangunan beton empat lantai di Port Vila, yang digunakan oleh misi diplomatik AS, Prancis, Inggris, Australia dan Selandia Baru, rata dengan tanah, seperti ditunjukkan foto-foto AFP.
Staf AS, Prancis dan Australia yang berada di dalam gedung itu selamat, kata ketiga negara tersebut.
Thompson, yang mengelola bisnis zipline di Vanuatu, mengatakan dirinya melihat sedikitnya tiga mayat di kota itu.
Tidak lama setelah gempa, ia berkendara ke dekat bandara, melewati blok empat lantai yang roboh itu.
“Ketika kami memperlambat (laju kendaraan) dengan jendela terbuka, kami dapat mendengar jeritan dari dalam,” ungkapnya. [rd/ab]
Forum