Gencatan senjata sementara antara Israel dan Hamas memasuki hari keenam, Rabu (29/11). Kedua pihak diperkirakan akan membebaskan lebih banyak lagi sandera dan tahanan sementara para perunding mendorong diperpanjangnya kesepakatan gencatan tersebut.
“Kami ingin jeda diperpanjang karena dampaknya, pertama-tama dan yang terpenting, adalah sandera dibebaskan, pulang dan berkumpul kembali dengan keluarga mereka,” kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken hari Rabu. “Ini juga memungkinkan kita meningkatkan bantuan kemanusiaan untuk masyarakat di Gaza yang sangat membutuhkannya.”
Blinken dijadwalkan bepergian ke kawasan tersebut untuk bertemu dengan para pejabat Israel dan Palestina guna membicarakan tentang kampanye militer Israel, perlindungan warga sipil di Gaza dan upaya mempercepat pengiriman bantuan kemanusiaan.
Gencatan senjata awal Israel-Hamas menyerukan empat hari bagi Israel untuk menghentikan kampanyenya melenyapkan kelompok Hamas, dengan Hamas membebaskan 50 sandera yang ditawannya dalam serangan terhadap Israel bulan lalu dan Israel membebaskan 150 tahanan Palestina. Jeda tersebut juga memungkinkan ditingkatkannya bantuan kemanusiaan yang mencapai Jalur Gaza yang porak poranda.
Perpanjangan dua hari ditambahkan dengan ketentuan Hamas membebaskan 10 sandera lagi per hari dan Israel membebaskan tambahan tahanannya.
Militer Israel mengatakan 12 sandera yang ditawan di Gaza, 10 warga Israel dan dua warga negara asing, dibawa ke Israel Selasa malam dalam putaran pembebasan terakhir. Sebagai imbalannya, Israel membebaskan 30 tahanan Palestina, 15 perempuan dan 15 remaja lelaki dari penjara di Tepi Barat dan pusat penahanan di Yerusalem, kata Palestinian Prisoners Club, sebuah organisasi semiresmi.
Hamas menyandera sekitar 240 orang dalam serangannya terhadap Israel Selatan pada 7 Oktober lalu yang menewaskan sekitar 1.200 orang. Dalam serangan balasannya, Israel telah menewaskan lebih dari 15 ribu orang, menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikuasai Hamas.
Gencatan ini memberi ketenangan pertama di Gaza setelah enam pekan bombardemen udara yang intensif dan serangan darat oleh Israel yang dipicu oleh serangan Hamas.
Karena bombardemen Israel terhadap Jalur Gaza, PBB memperkirakan 1,8 juta dari 2,3 juta warga Gaza telah mengungsi dari rumah mereka, kebanyakan tinggal di tempat-tempat penampungan yang penuh sesak. Shelter Network, sebuah konsorsium bantuan yang dipimpin PBB, mengemukakan dalam laporan hari Jumat bahwa lebih dari 60% perumahan Gaza telah rusak atau hancur.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Selasa (28/11) memperingatkan tentang risiko tinggi “ledakan wabah penyakit menular” di tengah-tengah kondisi penuh sesak dan terganggunya sistem kesehatan, air dan sanitasi di Gaza.
Di kubu diplomatik, Dewan Keamanan PBB dijadwalkan mengadakan pertemuan hari Rabu yang berfokus pada konflik Israel-Hamas.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken juga diperkirakan mengunjungi kawasan itu Rabu malam, menurut seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri. Blinken telah beberapa kali mengunjungi Israel dalam dua lawatan sebelumnya ke kawasan sejak perang Israel-Hamas dimulai. Dalam pertemuannya di Timur Tengah, Blinken “akan menekankan perlunya mempertahankan arus bantuan kemanusiaan yang ditingkatkan ke Gaza, memastikan pembebasan seluruh sandera, dan meningkatkan perlindungan terhadap warga sipil di Gaza,” kata seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri. [uh/ab]
Forum