Keputusan General Motors (GM) untuk menarik diri dari Australia, Selandia Baru dan Thailand sebagai bagian dari strategi untuk keluar dari pasar yang tidak menghasilkan pengembalian investasi yang memadai, telah menimbulkan kekecewaan dari banyak pejabat yang khawatir akan kehilangan pekerjaan mereka.
Dalam sebuah pernyataan hari Minggu (16/2), perusahaan itu mengatakan berencana menurunkan angka penjualan, operasi teknik dan desain untuk merk Holden yang bersejarah di Australia dan Selandia Baru pada tahun 2021. Perusahaan itu juga berencana menjual pabrik Rayong di Thailand pada Great Walls Motors China dan menarik merk Chevrolet dari Thailand pada akhir tahun ini.
“Ini merupakan keputusan yang sangat mengecewakan,” ujar Karen Andrews, Menteri Urusan Industri, Sains dan Teknologi Australia. Ia mengatakan hal ini sangat disayangkan, tidak saja karena bakal ada sekitar 500 pekerja yang kehilangan pekerjaan mereka, tetapi juga karena “mereka hanya memberitahu pemerintah tentang keputusan ini tepat sebelum pengumuman perusahaan itu.”
Dave Smith di Serikat Pekerja Manufaktur Australia juga menyampaikan kekecewaannya.
Para pekerja di Holden mengira “mereka telah melalui masa terburuk, padahal bukan itu masalahnya,” ujar Smith.
“Bagi sebagian besar pekerja yang sudah lama dan setia pada perusahaan itu, mereka senang menjadi bagian dari industri mobil itu, dan kini merk mobil yang ikonik itu akan segera berakhir, dan ini berarti mereka kehilangan pekerjaan,” tambahnya.
General Motors mempekerjakan 828 orang di Australia dan Selandia Baru, dan sekitar 1.500 lainnya di Thailand.
Di Thailand, keputusan menjual pabrik di Rayong, yang terletak di selatan Bangkok, mungkin akan menjadi kabar baik bagi pekerja di sana.
Great Wall Motors, pabrik pembuat mobil jenis pickup dan SUV, mengatakan berniat memperluas operasinya di Asia Tenggara dengan menggunakan pabrik di Thailand sebagai markas utama. “Kami juga akan mempromosikan pengembangan rantai pasokan lokal, penelitian dan pengembangan, serta industri-industri terkait, serta memberikan lebih banyak kontribusi pada pemerintah lokal di Rayong dan sekaligus pemerintah Thailand,” demikian ujar Wakil Presiden Great Wall Untuk Urusan Strategi Global, Liu Xiangshang.
Thailand masih bertekad untuk menjadi “Detroit Asia,” ujar juru bicara Kementerian Industri Krichanont Iyapunya. Ditambahkannya, penutupan dan pembukaan pabrik-pabrik itu berlangsung secara hampir bersamaan. “Industri otomotif harus dapat beradaptasi,” ujar Krishanont.
Sepanjang tahun lalu General Motors telah berjuang keras di Asia. Operasi internasionalnya, yang mencakup China, telah merugi hingga 200 juta dolar tahun lalu, termasuk 100 juta dolar pada kwartal keempat lalu. [em/jm]