Di Stasiun Tugu Yogyakarta, KAI mempersiapkan lima unit GeNose, berikut sarana pendukungnya untuk melayani penumpang kereta jarak jauh. Mereka yang menjalani tes, akan menerima surat keterangan yang berlaku selama tiga hari.
Ari Mulyono, pejabat di Daerah Operasi (Daop) VI Yogyakarta mengatakan, jika dalam waktu itu penumpang kembali naik kereta, dia tidak memerlukan pemeriksaan ulang.
“Apabila penumpang sudah melakukan tes di stasiun, surat keterangan kesehatan berbasis GeNose ini bisa berlaku 3 kali 24 jam, sehingga apabila esok harinya penumpang ingin kembali naik kereta api, pulang ke asal, dia tidak perlu melakukan tes GeNose kembali,” kata Ari di Yogyakarta.
GeNose adalah alat tes virus COVID-19 berbasis embusan nafas seseorang. Seseorang yang diperiksa, akan diminta mengembuskan nafas dan menampungnya dalam sebuah kantong khusus. Kandungan nafas itu yang akan dideteksi oleh alat ini, yang kemudian disambungkan dengan komputer. GeNose akan menganalisa, apakah unsur nafas seseorang identik dengan mereka yang positif COVID-19 atau tidak. Alat yang dikembangkan para peneliti di Universitas Gadjah Mada ini, telah disetujui untuk penggunaan darurat oleh Kementerian Kesehatan.
Ari juga mengatakan, KAI menyediakan bilik-bilik yang menjamin kenyamanan serta keamanan penumpang ketika melakukan pemeriksaan GeNose. Alat ini tetap menjadi salah satu pilihan saja, karena KAI tetap menerima hasil pemeriksaan menggunakan metode lain yang telah ada sebelumnya. Hanya saja, menurut Ari GeNose memiliki sejumlah kelebihan ketika diterapkan di layanan publik seperti kereta api. Alat ini lebih cepat melakukan deteksi, lebih nyaman dan lebih murah.
Biaya pemeriksaan menggunakan GeNose hanya Rp 20 ribu, jauh lebih murah dari metode lain. Selain itu, Ari juga menilai penggunaan nafas memudahkan calon penumpang. Sesuai pengalaman, penggunaan jarum untuk mengambil darah atau memasukkan bilah pengambil sampel usap, kadang dianggap tidak nyaman.
“Setelah ini, menurut rencana GeNose juga akan dipakai di Stasiun Bandun, Cirebon, Semarang, Solo dan Surabaya,” tambah Ari.
Sesuai petunjuk yang ada, baik bagi penumpang di Stasiun Senen Jakarta maupun penumpang Stasiun Tugu Yogyakarta, pemeriksaan GeNose bisa dilakukan dengan menunjukkan kode booking tiket. Setelah mengantre dan melakukan pendaftaran, petugas akan menjelaskan syarat pemeriksaan, khususnya tidak mengkonsumsi makanan satu jam sebelumnya. Jika tidak memenuhi syarat ini, penumpang akan diminta untuk mengikuti pemeriksaan dengan metode lain.
Menurut uji coba yang sudah dilakukan KAI, dalam kondisi keramaian normal seorang penumpang hanya membutuhkan waktu tiga menit untuk mengikuti seluruh proses pemeriksaan. KAI berharap, proses yang sederhana dan murah ini akan mengembalikan animo masyarakat menggunakan kereta api untuk perjalanan mereka.
Dr Hargo Utomo, dari tim pengembang GeNose UGM menegaskan, alat ini belum dijual bebas di pasaran sampai saat ini. Tim sepenuhnya berkonsentrasi untuk memenuhi kebutuhan layanan publik, terutama pesanan dari sejumlah kementerian. Termasuk salah satunya adalah Kementerian Perhubungan.
“Termasuk yang di Kementerian Perhubungan, dan ini adalah layanan publik pertama di sektor transportasi yang menerapkan GeNose. Kereta api ini untuk yang pertama, untuk layanan publik, dan ini benar-benar menjadi lokomotif untuk edukasi publik,” kata Hargo.
Secara umum, kata Hargo, GeNose hadir sebagai pilihan alat skrining terkait COVID-19, dari beberapa metode skrining yang sudah ada. Karena kehadirannya lebih sebagai pilihan itu, GeNose tidak serta merta menggantikan cara lama.
Tidak hanya tim peneliti, masyarakat juga diajak untuk belajar bersama dalam penggunaan GeNose ini. Pemilihan dua stasiun kereta yang ada, juga sesuai dengan arahan Menteri perhubungan yang meminta penerapan secara bertahap.
“Kereta api menjadi prioritas, karena ini layanan transportasi publik yang strategis untuk kepentingan masyarakat. Kita harus yakinkan dulu, di Stasiun Tugu dan Senen berjalan baik, lalu akan di-scaled up untuk stasiun lain yang besar, transportasi darat dulu, baru yang lainnya,” tambah Hargo.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, dalam kunjungan ke Stasiun Senen, Rabu (3/2) meyakini efektivitas alat ini.
“GeNose sudah mendapat izin edar dari Kemenkes dan sudah disetujui oleh Satgas COVID-19 dengan dikeluarkannya surat edaran, sehingga kami yakin alat ini sudah teruji untuk digunakan sebagai alat penyaringan COVID-19 di simpul-simpul transportasi seperti di stasiun,” papar Menhub dalam keterangan resmi kementerian.
Budi Karya menambahkan, GeNose akan menambah opsi selain tes rapid antigen dan PCR, yang selama ini menjadi syarat perjalanan transportasi kereta api jarak jauh.
Sementara itu, Menristek Bambang Brodjonegoro yang turut menemani Budi Karya mengatakan, seiring waktu, GeNose yang menggunakan artificial intelligent (AI) akan semakin akurat.
“GeNose sudah diuji validasinya dengan 2000 sampel dan akurasinya sudah 90 persen. Semakin banyak dipakai alat ini akan semakin akurat karena akan selalu di update oleh tim dari UGM,” kata Bambang. [ns/ab]