Pengunjuk rasa di Kairo, Mesir, mengabaikan peraturan jam malam pemerintah pada malam ketiga untuk menekan tuntutan mereka agar Presiden Hosni Mubarak mundur setelah hampir 30 tahun berkuasa.
Aksi unjuk rasa di Mesir, yang dimulai dengan gerakan akar rumput, mulai menyatu hari Minggu ketika kelompok oposisi terbesar yang dilarang di Mesir, Ikhwanul Muslim, memberi dukungan kepada pembela demokrasi paling terkemuka di Mesir.
Mohamed ElBaradei, mantan direktur badan tenaga atom PBB, mengatakan kepada ribuan pengunjuk rasa di lapangan Tahrir di Kairo pada hari Minggu bahwa mereka "tidak bisa mundur," dan ia menyerukan "Mesir baru" di mana setiap warga negara "hidup dengan kebebasan dan martabat."
Sekitar 5.000 orang bertepuk tangan saat ElBaradei menuntut diakhirinya pemerintahan Mubarak. Seorang pemimpin senior Ikhwanul Muslim, Essam el-Erian, yang bebas dari penjara hari Minggu sebelumnya setelah para penjaga melarikan diri, juga berpidato di hadapan massa.
Para pengunjuk rasa juga mengabaikan peraturan jam malam pemerintah di kota-kota lain, termasuk kota pelabuhan utara Alexandria, di mana ribuan orang melanjutkan rapat umum berjam-jam di jalanan.
Kementerian Dalam Negeri mengatakan polisi akan dikerahkan ke seluruh negeri, Senin, dua hari setelah ditarik mundur menyusul bentrokan kekerasan dengan para pengunjuk rasa. Tentara Mesir juga bertambah keberadaannya, namun tidak berusaha membubarkan demonstran sejak dikerahkan.