Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati, pada Senin (28/9) mengatakan akan bertemu dengan perusahaan konsultan keuangan Lazard, untuk membahas bagaimana rencana pemulihan keuangan yang disusunnya untuk Lebanon bisa dikembangkan menjadi sebuah “rencana yang lebih realistis” guna menyelamatkan negara itu dari krisis keuangan.
Mikati juga mengatakan, Lebanon akan sangat beruntung jika berhasil mencapai sebuah kerangka kerja dalam persetujuan yang dibuat dengan Dana Moneter Internasional (IMF) pada akhir tahun.
Mikati, yang mulai menjabat pada awal bulan ini, bertekad untuk menghidupkan kembali negosiasi yang terjalin dengan IMF.
Mikati yang juga seorang miliarder, menghadapi kesulitan untuk mengatasi salah satu krisis keuangan paling drastis dalam sejarah dunia modern. Tantangan yang dihadapinya juga termasuk masa kepemimpinan pemerintahannya yang sangat terbatas dimana pemilihan sudah harus berlangsung pada musim semi mendatang.
Dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi Lebanon LBCI, ia mengatakan akan ada pembagian kerugian yang adil dalam sistem finansial yang ia susun dan tentunya sistem tersebut didesain untuk melindungi nasabah kecil. Komentar tersebut merupakan penjelasan yang paling terperinci yang ia sampaikan sejauh ini tentang pendekatannya untuk mengatasi keambrukan finansial Lebanon.
Lazard telah membantu pemerintahan sebelumnya menyusun sebuah rencana penyelamatan keuangan dimana kerugian sistem keuangan Lebanon mencapai $90 milyar.
Tetapi rencana itu ditolak oleh sektor perbankan Lebanon yang mengatakan, beban yang harus mereka tanggung terlalu besar, tentangan juga datang dari bank sentral dan elit politik yang berkuasa yang menyebabkan krisis itu.
Mencapai persetujuan seputar kerugian itu merupakan langkah pertama guna mencapai kesepakatan dengan IMF, yang mendukung angka-angka dalam rencana pemerintah yang sebelumnya. (jm/my)