Guru Besar Universitas Gadjah Mada, ID dinyatakan positif terinfeksi virus corona. ID adalah Profesor Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat (FKKMK) Universitas Gadjah Mada. Kepastian ini disampaikan dalam pertemuan antara pihak UGM, RSUP dr Sardjito dan media di Yogyakarta, Rabu (19/3) petang.
Wakil Rektor UGM, Paripurna Poerwoko Sugarda menjelaskan, pihak keluarga sudah membuat pernyataan tertulis bahwa identitas yang bersangkutan disampaikan secara terbuka. Keluarga ingin, dengan keterbukaan ini setiap orang yang bertemu Iwan sebelum ini, agar lebih memperhatikan kondisi kesehatannya.
“Siapa saja yang mengadakan kontak dengan Prof ID selama tiga minggu sejak sekarang, diminta aware dan kalau bisa memeriksakan diri, apakah mereka ada gejala terinfeksi virus ini atau tidak. Siapapun itu. Untuk yang dari UGM, mereka bisa memeriksakan diri ke Rumah Sakit Akademik, dengan biaya ditanggung oleh UGM,” kata Paripurna.
Paripurna mengaku pihak UGM belum memiliki detil siapa saja yang berinteraksi dengan ID. Karena itu, baik kalangan mahasiswa, staf maupun dosen yang bertemu diminta proaktif. Paripurna juga menegaskan, bahwa adanya sejumlah staf di salah satu pusat studi yang terinfeksi, adalah berita bohong.
ID mulai masuk ke RSUP dr Sardjito pada Minggu (15/3). Sehari setelah itu, pihak rumah sakit mengirimkan hasil swab pasien ke Balitbangkes, Kementerian Kesehatan. Hasilnya baru diterima hari ini.
Mulai Pemeriksaan di Daerah
Mulai Rabu ini, hasil pengujian swab pasien terkait virus corona akan bisa diperoleh lebih cepat dari sebelumnya. Kementerian Kesehatan telah menetapkan 10 lembaga di luar Balitbangkes, yang dapat melaksanakan pengujian. Untuk wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah, tugas itu akan diampu oleh Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP).
Kepala BBTKLPP, Irene dalam paparannya Rabu pagi (18/3) mengatakan, tugas ini mereka terima sesuai keputusan Menteri Kesehatan Nomor 18 tahun 2020. Irene mengaku lembaga yang dipimpinnya siap bertugas, dengan kerja sama penuh dari pemerintah daerah.
“Untuk dapat melakukan pemeriksaan dan memberikan hasil secepat mungkin, sehingga kita bisa memutus rantai penularan. Semakin cepat kita tahu hasilnya positif atau negatif, upaya-upaya dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan semakin cepat diambil, sehingga kita dapat lebih melindungi masyarakat,” kata Irene.
Irene menyebut, sampel akan diperiksa melalui metode real-time RT-PCR (Reverse Transcription-Polymerase Chain Reaction). Setiap harinya, BBTKLPP Yogyakarta mampu memeriksa sedikitnya 29 sampel.
“Kita tidak membatasi jumlah sampel yang masuk untuk diperiksa. Sepanjang primer atau reagen, yaitu bahan yang digunakan untuk mereaksi sampel tersedia, maka sampel akan tetap diperiksa,” tambah Irene.
Data dari Kementerian Kesehatan menyebutkan data 10 lokasi pemeriksaan sampel terkait Virus Corona. BBTKLPP Jakarta melayani DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Lampung dan Kalimantan Barat. BBTKLPP Yogyakarta melayai DI Yogyakarta dan Jawa Tengah. BBTKLPP Surabaya untuk Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. BTKLPP Banjarbaru untuk Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur. Kemudian BTKLPP Medan melayani Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, dan Sumatera Barat.
Selain itu, ada juga BTKLPP Palembang untuk Sumatera Selatan, Bangka Belitung, dan Bengkulu. BTKLPP Batam melayani Riau, Jambi, dan Kepulauan Riau. BTKLPP Makassar untuk Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat. BTKLPP Manado melayani Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Maluku Utara. Terakhir adalah BTKLPP Ambon yang melayani Maluku, Papua, dan Papua Barat.
Berharap Kasus Terakhir
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X menyambut baik keputusan Kementerian Kesehatan untuk mendelegasikan kewenangan pemeriksaan sampel ini. Tentu, dengan mengampu dua provinsi saja, BBTKLPP dapat menjalankan tugasnya lebih cepat. Dengan begitu, pemerintah daerah juga memiliki kesempatan lebih dini melakukan tindakan yang diperlukan untuk menindaklanjuti. Meski begitu, Sultan berharap kemudahan ini tidak diikuti kemunculan kasus-kasus positif baru.
“Harapan saya, biarpun ada kemudahan akses untuk pemeriksaan ini, semoga harapan kita bersama tidak usah tambahlah dari dua orang yang memang positif. Yang lain masih dalam pengawasan itu. Dari kondisi itu yang sangat penting bagaimana kita bisa memberikan ruang kepada publik, bagaimana mereka menjaga kesehatan,” ucap Sri Sultan.
Hingga Rabu (18/3), Yogyakarta telah melakukan pemeriksaan terhadap 31 orang terkait virus corona. Dari jumlah tersebut, 14 orang dinyatakan negatif, 15 orang masih menunggu hasil pemeriksaan, dan dua positif. Dari dua orang yang positif ini, adalah balita berusia tiga tahun dan laki-laki 58 tahun yang merupakan guru besar di UGM.
Yogyakarta juga tidak memiliki zona merah hingga pekan ini karena belum ditemukan kasus penularan lokal. Kedua kasus, baik balita maupun guru besar UGM, diduga mengalami penularan di luar daerah. Balita sebelumnya berkunjung ke Depok, Jawa Barat. Sedangkan ID pada awal Maret berada di Jakarta. [ns/lt]