Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) segera mengirim vaksin kolera dan obat-obatan penting lainnya ke Haiti untuk menghadang epidemi penyakit mematikan itu yang mungkin berjangkit di antara para korban Badai Matthew.
Pasukan perdamaian PBB dari Nepal menularkan kolera ke warga Haiti pasca gempa bumi yang menghancurkan negara itu tahun 2010. Sejak itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa di negara pulau tersebut telah muncul hampir 800.000 kasus penyakit mematikan itu, termasuk 9.300 kematian.
Tahun ini, lembaga PBB itu melaporkan telah terjadi hampir 30.000 kasus kolera. Tetapi ahli kolera dari WHO, Dominique Legros, memperingatkan risiko meningkatnya kasus kolera sangat besar. Dia mengatakan banjir besar akibat Badai Matthew baru-baru ini tampaknya mencemari air.
“Prioritas utama yang jelas bagi orang-orang yang terimbas dampak badai ini adalah memberi mereka air bersih. Itulah satu-satunya cara agar kita dapat mengontrol kolera dalam jangka panjang di Haiti dan di tempat-tempat lain. Selain itu, prioritas utama bagi orang-orang yang sakit kolera adalah memungkinkan mereka mendapat pengobatan,” kata Dominique Legros.
Dominique Legros mengatakan hal yang menjadi perhatian khusus adalah kenyataan bahwa 35 dari 197 fasilitas layanan kesehatan di Haiti telah rusak karena badai. PBB memperkirakan lebih dari dua juta orang telah terimbas dampak bencana itu, dan 1,4 juta orang membutuhkan bantuan kemanusiaan.
Dalam upaya menjaga agar epidemi kolera dapat ditanggulangi, Organisasi Kesehatan Dunia mengirimkan satu juta dosis vaksin kolera ke Haiti. Dominique Legros mengatakan ada dua pilihan untuk menggunakan vaksin itu.
"Kita bisa menggunakannya sesuai strategi klasik, yaitu dengan dua dosis sehingga kita dapat memberikannya kepada setengah juta orang. Kita juga bisa memilih dengan memberikan satu dosis saja, yang akan lebih mudah dilaksanakan dan yang akan menambah jumlah penerima vaksin menjadi satu juta orang, atau dua kali lebih banyak daripada metode klasik. Yang menjadi masalah dengan pemberian dosis tunggal adalah jangka waktu perlindungan dari serangan kolera akan menjadi relatif lebih singkat,” lanjut Legros.
Tetapi Dominique Legros menambahkan bahwa mengurangi dosis menjadi hanya setengahnya akan dapat melindungi lebih banyak orang selama musim hujan dari bulan November sampai Januari mendatang, yang merupakan puncak penularan kolera di Haiti. Dia mengatakan akan melakukan lawatan ke Haiti untuk membahas jalan terbaik yang bisa diambil bersama mitra-mitra WHO dan pemerintah setempat. [lt/uh]