Amerika Serikat mengumumkan pengerahan pasukan militer tambahannya ke Arab Saudi pada hari Jumat (11/10) untuk meningkatkan pertahanan kerajaan. Hal itu dilakukan setelah serangan ke fasilitas minyak Saudi pada 14 September. Washington dan Riyadh menuduh Iran sebagai aktor penyerangan tersebut.
Berita yang dilansir dari Reuters mengatakan bahwa Pentagon menegaskan pengerahkan tersebut termasuk skuadron tempur, sayap ekspedisi udara dan personel pertahanan udara. Pengerahkan itu dilakukan bersama dengan 200 pasukan ke Arab Saudi yang diumumkan bulan lalu, sehingga total pengerahan mencapai sekitar 3.000 tentara, katanya.
Ketegangan AS-Iran telah meningkat sejak Mei 2018. Saat itu pemerintahan Trump menarik diri dari perjanjian nuklir internasional 2015 dengan Teheran yang membatasi program nuklirnya sebagai imbalan atas pelonggaran sanksi.
Pentagon mengkonfirmasi pengerahan pasukan dalam jumlah besar ke Arab Saudi.
Ketika Trump mengembalikan sanksi AS, meningkatkan tekanan pada ekonomi Iran, telah ada serangkaian serangan yang dituduhkan Washington dan sekutu dekat pada Iran, termasuk serangan terhadap fasilitas pemrosesan minyak mentah terbesar di dunia. Iran menyangkal sebagai pihak yang bertanggung jawab.
Dalam upaya untuk melindungi Arab Saudi, Pentagon mengatakan akan mengirim dua baterai Patriot tambahan dan satu sistem Pertahanan Area Ketinggian Tinggi Terminal (Terminal High Altitude Area Defense system/THAAD).
Sekretaris Pertahanan AS, Mark Esper, mengatakan penyebaran itu dirancang untuk menghalangi Iran.
"Kami pikir penting untuk terus mengerahkan pasukan untuk mencegah dan mempertahankan dan mengirim pesan ke Iran: Jangan menyerang negara berdaulat lain, jangan mengancam kepentingan Amerika, pasukan Amerika, atau kami akan merespons," kata Esper kepada wartawan saat konferensi pers.
Trump mengatakan Amerika Serikat tidak akan menanggung biaya penempatan tersebut. "Arab Saudi, atas permintaan saya, telah setuju untuk membayar kami untuk semua yang kami lakukan," katanya kepada wartawan.
Beberapa sekutu Trump dari Partai Republik telah menyerukan serangan balasan. Namun sejauh ini Trump menolak untuk melakukannya.
Tidak jelas apakah beberapa pasukan yang baru diumumkan mungkin akan menggantikan pasukan Amerika lainnya yang diperkirakan akan meninggalkan wilayah itu dalam beberapa minggu atau bulan mendatang.
Pentagon belum mengumumkan, misalnya, apakah akan menggantikan kapal induk USS Abraham Lincoln dan kelompok serang ketika akhirnya mengakhiri penyebarannya ke Timur Tengah.
Esper menolak mengatakan apakah kapal induk itu, yang mencakup ribuan pasukan dan senjata besar, akan diganti.
Penyebaran ini merupakan bagian dari serangkaian sebagai langkah defensif menyusul serangan terhadap fasilitas minyak Arab Saudi bulan lalu. Penyerangan itu mengguncang pasar energi global dan membuka celah besar dalam pertahanan udara Arab Saudi. [ah]