Tautan-tautan Akses

Hadapi Ancaman Rusia, Uni Eropa Gelar Rencana Tingkatkan Industri Pertahanan


Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan, Josep Borrell (dua dari kiri), wakil presiden Komisi Eropa Margrethe Vestager (dua dari kanan) dalam konferensi pers di kantor pusat UE di Brussels, 5 Maret 2024. (JOHN THYS / AFP)
Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan, Josep Borrell (dua dari kiri), wakil presiden Komisi Eropa Margrethe Vestager (dua dari kanan) dalam konferensi pers di kantor pusat UE di Brussels, 5 Maret 2024. (JOHN THYS / AFP)

Para pejabat tinggi Uni Eropa (UE), Selasa (5/3), mengungkapkan rencana ambisius untuk meningkatkan industri pertahanannya pada kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Rencana itu digelar sebagai upaya blok tersebut dalam menanggapi ancaman yang ditimbulkan oleh perang Rusia terhadap Ukraina dan kemungkinan melemahnya komiten Amerika Serikat untuk melindungi Eropa.

Selama berpuluh-puluh tahun, negara-negara UE tertidur di bawah perlindungan nuklir Amerika Serikat melalui aliansi NATO, sementara belanja pertahanan dan kesiapan menghadapi krisis melemah.

Peringatan pertama di bawah kepemimpinan Donald Trump menyoroti kurangnya koordinasi dan pasokan yang diperlukan jika negara-negara Eropa harus mempertahankan diri tanpa bantuan Washington.

Kini, dengan semakin tegasnya Moskow, kebutuhan untuk meningkatkan pertahanan menjadi semakin jelas.

“Setelah berpuluh-puluh tahun belanja pertahanan yang tidak memandai, kita harus berinvestasi lebih banyak pada pertahanan, namun kita perlu melakukannya dengan lebih baik dan bersama-sama,” kata kepala kebijakan luar negeri UE Josep Borrell. “Industri pertahanan Eropa yang kuat, tangguh, dan kompetitif merupakan keharusan strategis.”

Invasi Rusia ke Ukraina telah mengungkap kelemahan besar dalam kapasitas manufaktur senjata di Eropa yang terabaikan setelah runtuhnya Tembok Berlin pada tahun 1989 dan janji perdamaian di Eropa.

Ketika Kyiv sangat membutuhkan bantuan paling dasar, seperti amunisi, untuk mencegah pasukan Rusia, negara-negara Eropa merasa tidak berdaya dan tidak mampu memberikan apa yang diminta dan bahkan dijanjikan.

Fakta bahwa mantan Presiden Trump mungkin kembali ke Gedung Putih dan melemahkan dukungan terhadap Ukraina juga telah memenuhi benak para pemimpin di Eropa. Negara-negara besar Uni Eropa, Perancis dan Jerman telah memperingatkan bahwa blok tersebut harus berbuat lebih banyak untuk melindungi diri mereka sendiri.

“Belanja pertahanan kita digunakan untuk berbagai sistem persenjataan, terutama yang dibeli dari luar UE,” kata Wakil Presiden Komisi UE Margrethe Vestager. Dengan meningkatnya anggaran pertahanan di negara-negara anggota UE, “kita harus berinvestasi lebih baik, yang sebagian besar berarti berinvestasi bersama, dan berinvestasi di Eropa.”

Berdasarkan proposal tersebut, 27 negara anggota akan diundang untuk membeli setidaknya 40 persen peralatan pertahanan bersama-sama dan memastikan bahwa 35 persen dari nilai belanja pertahanan merupakan transaksi internal sebelum tahun 2030.

Rencana tersebut sekarang disampaikan kepada negara-negara anggota di mana mereka akan menegosiasikannya lebih lanjut.

Perang di Ukraina mendorong negara-negara Eropa untuk meningkatkan belanja pertahanan, dan banyak dananya akan tercurah pada industri pertahanan AS. Jerman, misalnya, mengumumkan peningkatan angkatan bersenjatanya senilai 100 miliar euro (108 miliar dolar AS), dengan sebagian besar dana tersebut didedikasikan untuk membeli jet tempur F-35 dan helikopter angkut buatan AS.

Meskipun produksinya meningkat, UE sebelumnya telah menargetkan untuk memproduksi 1 juta peluru artileri setiap tahunnya, namun hanya menghasilkan sekitar setengah dari jumlah tersebut. Para pejabat sekarang mengatakan bahwa produksi bisa mencapai 1,4 juta cangkang per tahun pada akhir Desember. [ab/ns]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG