Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan “Israel telah mengubah Gaza menjadi seperti neraka.” Ia merujuk pada terus meningkatnya jumlah korban tewas dan luka-luka akibat berlanjutnya kembali serangan Israel pasca berakhirnya gencatan senjata pada pekan lalu.
Retno menyampaikan hal itu saat menghadiri pertemuan khusus Dewan Eksekutif Badan Kesehatan Dunia (WHO) di Jenewa, Swiss, Minggu (10/12), yang secara khusus membahas situasi di Gaza.
Dewan Eksekutif WHO adalah organ eksekutif di bawah Majelis Kesehatan Dunia yang beranggotakan 34 negara. Indonesia terakhir kali menjadi anggota dewan ini pada periode 2018-2021. Namun pertemuan kali ini tidak saja dihadiri anggota dewan tersebut, tetapi juga negara non-anggota yang peduli dengan situasi di Gaza.
“Penting bagi Indonesia untuk hadir agar dapat langsung berkontribusi, mendesak pentingnya perbaikan fasilitas kesehatan, perlindungan terhadap fasilitas dan tenaga kesehatan. Termasuk tentunya di sini fasilitas kesehatan Rumah Sakit Indonesia,” ujar Retno.
Rumah Sakit Indonesia dipaksa berhenti beroperasi pada 16 November.
Fasilitas Kesehatan Terus Memburuk
Dalam keterangan pers virtual, Retno secara terang-terangan menyebut Israel telah melakukan pelanggaran berat hukum internasional dan hak asasi manusia, karena memerintahkan “agar suplai medis dipindahkan dari Khan Younis ke gudang yang lebih kecil di Rafah.”
Retno memaparkan buruknya situasi fasilitas kesehatan di Gaza saat ini. “Dari 36 rumah sakit, hanya 13 yang masih beroperasi, dan semunya kelebihan kapasitas hingga 2-3 kali lipat. Tujuh puluh satu persen fasilitas pelayanan kesehatan tidak lagi berfungsi,” katanya.
“Perlengkapan medis, obat-obatan, makanan, air bersih, BBM hingga listrik semakin terbatas. Ratusan pekerja medis telah terbunuh semenjak Israel menyerang Gaza. WHO melaporkan penyebaran penyakit menular semakin tinggi. Ada hampir 130 ribu kasus infeksi pernafasan akut. Lebih dari 94 ribu kasus diare. Lebih dari 2.700 kasus chickenpox,” ujar Retno.
Indonesia Siap Kirim Kapal Rumah Sakit ke Gaza
Untuk itu dalam pertemuan tersebut Reno menyampaikan tiga hal yang sedianya dilakukan sekarang di Gaza, yaitu mempercepat bantuan kesehatan, melindungi seluruh pekerja dan fasilitas medis, dan meningkatkan mobilitasi dukungan untuk WHO.
“Indonesia mendesak Israel untuk menghormati hak atas kesehatan dan akses masyarakat Gaza pada fasilitas kesehatan. Indonesia telah mengirim empat sortie bantuan kemanusiaan. Indonesia juga akan mengirimkan kapal rumah sakit ke Gaza guna membantu masyarakat yang terluka dan sakit,” ujar Retno.
Ini merupakan pernyataan pertama yang memastikan kesiapan Indonesia mengirim kapal rumah sakit ke Gaza. Pemantauan VOA menunjukkan kapal rumah sakit dimaksud masih standby di Jakarta, menunggu izin dari pemerintah Mesir untuk berlayar dan memasuki wilayah perairan Mesir.
Di bagian akhir pernyataannya, Retno menyampaikan kekecewaan Indonesia pada Dewan Keamanan PBB “yang kembali gagal mengesahkan resolusi mengenai gencatan senjata kemanusiaan yang dapat mengurangi penderitaan masyarakat Gaza.”
Sebagai negara yang telah menjadi co-sponsor resolusi mengenai “Kondisi Kesehatan di Daerah Pendudukan Palestina,” Retno mendorong semua negara dan badan dunia untuk tidak surut langkah. “Upaya harus terus dilakukan guna memperbaiki situasi Gaza. Kita tidak boleh menyerah. Never give up.”
Sementara itu, juga pada hari Minggu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken kembali menjelaskan alasan AS memveto resolusi mengenai gencatan senjata kemanusiaan tersebut dalam acara di stasiun televisi ABC “This Week.”
Ia mengemukakan, “Dengan Hamas, masih beroperasi, masih utuh, dan kembali menyatakan niat untuk mengulangi serangan 7 Oktober, maka ini hanya akan melanggengkan masalah.” [em/ah/uh/ab]
Forum