Serangan ulat bulu di Bali semakin meluas dan ulat bulu juga cendrung menyerang tanaman yang memiliki nilai ekonomi bagi masyarakat. Tanaman tersebut seperti mangga, alpukat, kedongdong dan jambu mete. Tim Peneliti Fakultas Pertanian Universitas Udayana bahkan menyatakan bahwa penyebaran ulat bulu di Bali sudah masuk dalam kategori wabah. Dimana penetapan status wabah didasarkan pada terjadinya peningkatan populasi ulat bulu secara eksplosif dalam waktu yang singkat. Anggota Tim Peneliti Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Prof. Wayan Supartha, di sela-sela seminar penanggulangan wabah ulat bulu di Denpasar pada Rabu siang menyatakan ledakan populasi ulat bulu saat ini tidak saja dipengaruhi oleh factor perubahan iklim semata. Faktor lain yang sangat berpengaruh yaitu factor intrinsic seperti genetika, fisiologi dan migrasi.
Supartha mengatakan,”Faktor lain juga bisa saja karena faktor migrasi, artinya perpindahan serangga dari satu tempat ke tempat lain karena ketidaknyamanan di suatu tempat, sehingga dia berpindah ke tempat yang lebih nyaman, atau ke tempat yang lebih aman. Ini yang kita sebut sebagai kasus migrasi."
Untuk mengatasi ledakan populasi ulat bulu, pemerintah provinsi Bali menyerukan kepada pemerintah kabupaten kota di Bali untuk melindungi semut rang-rang yang ada di alam. Perlindungan terhadap semut rang-rang ini bertujuan untuk mengatasi ledakan populasi ulat bulu secara alami, sebab semut rang-rang merupakan musuh alami ulat bulu.
Kepala Dinas Pertanian Bali Made Putra Suryawan mengakui telah mengeluarkan surat edaran agar kabupaten/kota di Bali melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk menghentikan perburuan terhadap telur semut rang-rang, termasuk menghentikan perburuan terhadap burung. “Kita kirim surat edaran ke seluruh dinas kabupaten untuk memberikan penyuluhan agar semut rang-rang itu tidak diganggu, burung-burung tidak ditangkap. Kemudian, kalau memang sangat meresahkan masyarakat, populasi ulat bulu walaupun sedikit, akan kita kendalikan." Ujar Suryawan.
Suryawan mengakui hingga saat ini telah mampu melakukan identifikasi terhadap enam jenis ulat bulu dari 10 jenis spesies ulat bulu yang ada di Bali. Dari enam jenis yang teridentifikasi, tiga di antaranya mengalami ledakan populasi. Ketiga jenis ulat bulu yang mengalami ledakan populasi ini dipastikan berasal dari satu family yaitu Lymantriidae. Di sisi lain, Suryawan mengakui akan lebih mengedepankan penanggulangan ulat bulu dengan cara alami daripada penggunaan insektisida. Sebab menurutnya, penggunaan insektisida dikhawatirkan justru akan membunuh musuh alami dari ulat bulu.