Ketika Israel melanjutkan kampanye militernya di Gaza, upaya untuk mencapai gencatan senjata menghadapi hambatan.
Qatar, yang menjadi penengah atas nama Hamas, mengatakan ada ketidakjelasan dari kedua pihak yang bertikai, seperti disampaikan oleh
“Kami melihat pernyataan-pernyataan kontradiktif yang datang dari para menteri di Kabinet Israel. Kami belum melihat pernyataan apa pun dari kedua pihak yang memberi kami kepercayaan diri yang besar pada proses tersebut," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Majed Al-Ansari.
Para pemimpin Israel telah berjanji untuk melanjutkan operasi militer melawan Hamas sampai kelompok itu dihancurkan, meskipun ada proposal gencatan senjata yang diajukan oleh Presiden Joe Biden pekan lalu.
Dalam sebuah wawancara, Biden tampaknya setuju dengan tuduhan bahwa Benjamin Netanyahu memperpanjang perang untuk menenangkan kelompok sayap kanannya, tetapi ketika ditanya pada Selasa (4/6) apakah perdana menteri Israel itu sedang bermain politik, Biden mengatakan “tidak.”
"Saya kira tidak demikian. Dia mencoba mengatasi masalah serius yang dia hadapi," kata Biden.
Rencana gencatan senjata dimulai dengan jeda sementara selama enam minggu dalam pertempuran dengan imbalan pembebasan beberapa sandera yang ditahan oleh Hamas, dan pada akhirnya mengarah pada penghentian permusuhan secara permanen.
Sebagai penjamin Israel dalam perundingan mediasi, Amerika Serikat mengatakan pihaknya mengharapkan adanya tawar-menawar dari kedua pihak namun yakin bahwa Israel akan tetap mempertahankan pendiriannya dalam kesepakatan tersebut.
“Kami sangat berharap bahwa mereka (Israel) akan terus mendukung usulan ini karena ini adalah usulan mereka, dan itu demi kepentingan mereka. Usulan ini juga demi kepentingan Hamas. Mereka mengatakan ingin mengakhiri perang. Ini adalah jalan untuk mengakhiri perang itu," kata juru Bicara Keamanan Nasional John Kirby mengatakan kepada VOA.
Sementara warga Palestina menghadapi kehancuran dan kematian setiap hari di Gaza, tidak banyak yang memiliki optimisme yang sama dengan pemerintah, termasuk mantan perunding Amerika Serikat (AS) untuk Timur Tengah, Aaron David Miller, yang kini bekerja di Carnegie Endowment for International Peace.
“Prediksi saya adalah meskipun kedua pihak menerima hal ini – yang masih jauh dari pasti, mengingat kondisi politik, khususnya di Israel – jika Anda beruntung, sungguh beruntung, kita akan melewati fase pertama. Tapi saya tidak melihat lebih dari itu," kata Miller kepada VOA.
Biden telah menggalang dukungan dari komunitas internasional termasuk melalui resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mendukung proposal gencatan senjata.
Resolusi AS tidak mencakup permintaan agar Israel menghentikan operasinya di Rafah, yang merupakan bagian dari resolusi Dewan Keamanan lainnya yang diajukan oleh Aljazair.
Richard Gowan, direktur International Crisis Group di PBB, mengatakan kepada VOA melalui Skype bahwa “Sebagian besar anggota Dewan Keamanan menginginkan operasi di Rafah dihentikan sekarang. Namun jika AS dapat meyakinkan anggota Dewan lainnya bahwa usulan AS merupakan jalan yang kredibel menuju gencatan senjata, termasuk gencatan senjata di Rafah, saya yakin anggota Dewan lainnya akan berkompromi.”
Namun, sementara korban sipil terus berjatuhan, prospek perjanjian gencatan senjata tampaknya suram, setidaknya untuk saat ini. [lt/ab]
Forum