Bayi yang lahir sangat prematur memiliki peluang lebih besar untuk bertahan hidup tanpa masalah kesehatan yang signifikan, walaupun prospeknya masih belum menjanjikan bagi bayi yang lahir sangat dini, empat bulan lebih awal.
Pada tahun 1993, hanya 6 persen bayi dalam studi yang lahir setelah 22 minggu kehamilan dapat bertahan hidup. Tingkat keselamatan tersebut hanya meningkat tipis, menjadi 9 persen, pada 2012. Dari 1.550 bayi yang lahir pada minggu ke-22 dalam studi yang menghimpun 20 tahun data ini hanya 99 yang bertahan hidup hingga dapat dibawa pulang meninggalkan rumah sakit, dan hanya 5 di antara mereka hidup normal tanpa menderita komplikasi.
Riset ini menggarisbawahi pentingnya bayi bertahan di kandungan ibu. Di antara bayi prematur yang lahir setelah 27 minggu, tingkat keselamatan meningkat dari 29 persen pada tahun 1993 menjadi 47 persen tahun 2012.
Peningkatan ini didorong oleh kemajuan dalam bidang medis, termasuk lebih banyaknya kelahiran bayi dengan operasi Cesar yang lebih dapat melindungi bayi dari infeksi, metode-metode baru untuk membantu pernapasan bayi prematur tanpa menggunakan ventilator, dan memberikan perempuan steroid sebelum kelahiran untuk membantu pertumbuhan paru-paru bayi, menurut riset.
"Temuan-temuan ini sangat menjanjikan. Kami mencatat kemajuan," ujar Dr. Barbara Stoll, penulis utama studi dan kepala departemen pediatri di fakultas kedokteran Emory University di Atlanta.
Studi ini diterbitkan di Journal of the American Medical Association edisi terbaru.
Para peneliti meninjau catatan medis rumah sakit dari tahun 1993 hingga 2012 berupa hampir 35.000 kelahiran prematur di 26 pusat studi yang berpartisipasi dalam jaringan riset National Institutes of Health. Dengan demikian, hasilnya mungkin tidak mencerminkan kecenderungan di rumah sakit jenis lain.
Termasuk dalam studi, bayi yang lahir setelah 22 hingga 28 pekan kehamilan, dengan berat sekitar 14 ons (0,4 kilogram) hingga 48 ons (1,4 kilogram). Kehamilan yang normal berlangsung 39 hingga 40 minggu.
Di antara bayi-bayi prematur yang lahir tahun 1993, 70 persen selamat hingga keluar dari rumah sakit, yang dalam banyak kasus bisa mencapai berbulan-bulan setelah kelahiran. Tahun 2012, tingkatan tersebut meningkat hingga mencapai 79 persen.
Kemampuan untuk bertahan hidup tanpa komplikasi meningkat hingga 2 persen setiap tahunnya bagi bayi yang lahir antara minggu ke-25 hingga 28 kehamilan, dan tahun 2012 lebih dari setengah jumlah bayi prematur yang lahir setelah lebih dari 28 pekan di kandungan bertahan hidup sampai keluar dari rumah sakit tanpa komplikasi berarti.
Komplikasi serius yang dapat mengancam bayi prematur termasuk di antaranya infeksi, pendarahan di otak, radang di retina yang dapat menyebabkan kebutaan, radang usus kronis dan masalah dengan paru-paru.
Banyak di antara bayi yang lahir dengan paru-paru yang belum berkembang dan memerlukan perawatan oksigen ataupun mesin bantuan pernapasan kemudian menderita bronchopulmonary dysplasia.
Tajuk rencana JAMA menyebut catatan dari riset tersebut sebagai kemajuan yang penting, namun belum ada "terapi terobosan" yang akan dikembangkan dalam tahun-tahun ke depan untuk membantu bayi-bayi prematur bertahan hidup untuk kemudian dapat tumbuh dengan sehat.
"Harus ada komitmen lebih lanjut untuk menghasilkan lebih banyak kemajuan dalam dekade-dekade mendatang," ujar Dr. Roger Soll, seorang spesialis di University of Vermont, dalam tajuk rencana tersebut.