Harga emas jatuh ke tingkat terendah dalam 5 tahun, di bawah $1.100 (Rp 14,7 juta) per ons.
Anjloknya harga emas ini mengakibatkan kerugian $30 miliar dalam waktu setengah jam karena adanya penjualan secara otomatis ketika harga-harga mencapai tingkat tertentu.
Luke Chua adalah manager penjualan dan operasional di Bullion Star, pedagang logam mulia di Singapura. “Dalam pasar sebenarnya, ini tidak mungkin terjadi karena menyangkut emas dalam jumlah besar," katanya. "Tetapi dalam penjualan untuk penyerahan kemudian, mungkin, karena semuanya digital, selama ada pembeli.”
Penjualan spekulatif dilaporkan dimulai di Singapore Gold Exchange.
Penjualan juga melonjak dengan cepat di bursa Shanghai, menurut data yang dikumpulkan oleh kantor-kantor berita keuangan.
Keinginan untuk melempar emas ke pasaran agaknya didorong oleh persepsi bahwa krisis ekonomi Yunani dan kegoncangan dalam bursa saham China telah mulai mereda.
Juga ada misteri seputar kemungkinan keterlibatan langsung China dalam penjualan emas hari Senin.
Hari Jumat, China, penghasil emas terbesar di dunia mengumumkan, persediaan emasnya naik 59 persen menjadi 1.658 ton pada akhir Juni.
Pedagang emas batangan, Luke Chua di Singapura mengatakan, harga emas seharusnya naik.
“Tetapi itu tidak terlihat di pasar dalam beberapa hari ini," katanya. "Alasannya adalah karena belakangan ini tingkat harga dikendalikan oleh pasar."
Sebagian analis mencatat, penambahan persediaan emas China lebih kecil daripada yang diharapkan, tetapi hal itu tidak sepenuhnya menjelaskan penjualan spekulatif besar-besaran Senin pagi.
Harga emas kini turun sekitar 6 persen dibanding tahun lalu.
Pedagang logam mulia mengatakan, mereka berharap, harga emas akan tetap berada di tingkatnya yang sekarang, atau bisa turun lagi kalau Bank Sentral Amerika menaikkan tingkat suku bunganya tahun ini. Itu akan mendorong banyak investor membeli surat-surat obligasi Amerika sebagai pilihan yang lebih baik daripada logam mulia.