Banjir melanda bagian timur Australia dalam dua tahun terakhir. Bencana itu merusak sebagian lahan pertanian paling produktif di negara itu di seluruh negara bagian New South Wales, Victoria, dan Tasmania.
Pemerintah mengatakan, masih terlalu dini untuk mencatat dengan tepat kerugian ekonomi akibat banjir itu. Dampak sosial, psikologis dan lingkungan dari banjir berulang di beberapa daerah, di mana rumah terendam tiga atau empat kali dalam beberapa tahun terakhir, tidak akan pernah bisa diketahui.
Bendahara federal Jim Chalmers memperkirakan, banjir akan mengurangi setidaknya 0,25 persen dari produk domestik bruto negara itu pada kuartal keempat. Tekanan-tekanan atas biaya hidup pada banyak rumah tangga juga akan meningkat.
Chalmers mengatakan kepada wartawan di Canberra hari Jumat, anggaran federal pekan depan memberi bantuan kepada masyarakat yang terkena dampak banjir.
“Menanggapi bencana alam dan membangun ketahanan dalam perekonomian akan menjadi tugas utama kami. Banjir menyebabkan harga buah dan sayuran misalnya, menjadi delapan persen lebih tinggi daripada biasanya dalam dua kuartal berikutnya, kuartal terakhir tahun ini, kuartal pertama tahun berikutnya. Hal itu didasarkan pada dampak banjir sebelumnya di beberapa lahan pertanian utama kami,” jelasnya.
Pada bulan Juni, inflasi mencapai 6,1 persen, tertinggi dalam 21 tahun di Australia. Para ekonom memperkirakan, akan mencapai 7,5 persen pada akhir tahun karena berbagai faktor domestik dan internasional, termasuk dampak perang di Ukraina pada pasokan pangan dan energi dunia.
Peringatan bencana banjir meluas dari Queensland ke Victoria dan ke negara bagian pulau Tasmania. Pemerintah mengatakan, lima orang tewas akibat banjir di Victoria dan di New South Wales.
Perdana Menteri Anthony Albanese mengatakan dalam sebuah pernyataan Sabtu, tiga helikopter bersiaga untuk penyelamatan pada malam hari dan 150 petugas tambahan bergabung dalam upaya darurat. [ps/jm]
Forum