Tautan-tautan Akses

Hatra, Kota Kuno yang Dirusak ISIS Mulai Dipugar


Pemandangan kota kuno Hatra, selatan Mosul, Irak, 27 April 2017. (Foto: Reuters)
Pemandangan kota kuno Hatra, selatan Mosul, Irak, 27 April 2017. (Foto: Reuters)

Arkeolog merayakan tahap pertama proses pemugaran patung-patung di sebuah situs kuno Hatra di Irak, yang sempat dirusak oleh para teroris ISIS. Kota itu dulunya merupakan titik temu jalur perdagangan kekaisaran Romawi dan Persia.

Hatra adalah kota yang pernah berkembang pesat pada abad pertama dan kedua setelah Masehi.

Kota itu dijuluki Kota Matahari, karena aula-aulanya yang simetris menghadap ke timur, arah terbitnya matahari.

Dahulu kala, orang-orang berjalan di antara tiang-tiang batu kota tersebut.

Struktur kota itu ditemukan di wilayah al Jazeera, di sisi barat provinsi Niniwe di Irak, sekitar 290 kilometer barat laut Baghdad dan 110 kilometer barat daya Mosul.

Artefak yang hancur terlihat di kota kuno Hatra, selatan Mosul, Irak, 27 April 2017. (Foto: Reuters)
Artefak yang hancur terlihat di kota kuno Hatra, selatan Mosul, Irak, 27 April 2017. (Foto: Reuters)

Kota itu selamat dari berbagai invasi, termasuk dua penyerbuan yang dilakukan bangsa Romawi, sebelum akhirnya ditinggalkan. Kelompok teroris ISIS kemudian meninggalkan ‘bekas luka’ yang lebih sulit dihapus pada kota tersebut.

Ketika para militan menguasai wilayah itu, mereka menghancurkan sebagian besar patung di sana. Pejabat Irak mengatakan, 15 persen area situs itu rusak akibat ISIS.

Sekarang, sekelompok arkeolog internasional mulai mengembalikan bagian demi bagian kota tersebut ke masa kejayaannya.

Mereka baru saja merayakan penyelesaian tahap pertama proses perbaikan dan pemugaran Hatra, yang diawasi Departemen Arkeologi Mosul dan Kementerian Budaya, Pariwisata dan Purbakala Irak.

Direktur Inspektorat Purbakala Mosul, Khairuddin Ahmad, menjelaskan bahwa upaya penyelamatan karya seni kuno itu dilakukan tepat waktu.

Patung berwajah seorang perempyan menatap pengunjung di reruntuhan Hatra, 320 kilometer utara Baghdad, Irak. (Foto: AP)
Patung berwajah seorang perempyan menatap pengunjung di reruntuhan Hatra, 320 kilometer utara Baghdad, Irak. (Foto: AP)

“Pekerjaan tahap ini fokus pada pengelolaan situs, selain pemeliharaan mendesak untuk menyelamatkan beberapa patung dan bagiannya, termasuk beberapa dinding situs, serta peletakkan kembali beberapa patung ke tempat asalnya," katanya.

ISIS, atau yang biasa disebut Daesh oleh warga setempat, menggunakan kota itu sebagai kamp militer dan bengkel perakitan bom untuk serangan bunuh diri, termasuk bom mobil.

Tak ada satu pun orang yang diperbolehkan memasuki kota itu pada masa kekuasaannya.

Mereka menembaki banyak patung dan pahatan dinding di sana, meninggalkan banyak lubang peluru di sana-sini.

Mahmoud Abdullah, kepala situs kuno Hatra, menjelaskan bagaimana patung-patung di situs itu dirusak.

“Mengenai kota Hatra, tidak ada dekorasi yang bisa diambil, maksud saya dekorasi yang bisa dipindah-pindahkan di kota kuno ini. Tapi ada patung-patung di bagian depan kuil dan beberapa di antaranya menghiasi dinding, yang terkena aksi vandalisme, seperti ditembaki atau dipukuli kelompok ISIS," ujarnya.

Hatra, yang terdaftar sebagai situs warisan dunia UNESCO, terbebas dari cengkeraman ISIS pada 2017. Akan tetapi, kerusakan yang mereka timbulkan masih tampak jelas di sana.

Usia dan gravitasi telah menyebabkan beberapa gerbang kota runtuh, bahkan sejak sebelum ISIS menguasai daerah tersebut.

Pemugaran situs kuno Hatra dikerjakan oleh Asosiasi Internasional Italia untuk Studi Mediterania dan Oriental (ISMEO) dan didanai oleh Aliansi Internasional untuk Perlindungan Warisan di Area Konflik (ALIPH).

Seorang militan merusak patung berbentuk wajah manusia di dinding di kota kuno Hatra, Irak. (Foto: AP)
Seorang militan merusak patung berbentuk wajah manusia di dinding di kota kuno Hatra, Irak. (Foto: AP)

“Situs ini dipenuhi banyak sampah dan sisa-sisa (tindak vandalisme), jadi kami membersihkan itu semua. Permukaannya harus dibersihkan dari segala jenis hal. Setelah kuilnya dibersihkan, baru kami mulai mengerjakan aspek arsitekturnya," ujar Profesor Massimo Vidale, arkeolog dari Universitas Padova yang terlibat dalam tim pemugaran.

"Kami mulai mengurus patung-patungnya. Menggabungkan patung-patung penting yang dirusak oleh para teroris. Pada saat yang sama, kami memperbaiki bangunan-bangunannya, karena kalau itu semua belum diperbaiki, Anda tidak bisa melakukan apapun di sana," lanjutnya.

Kini, seperti dua ribu tahu lalu, orang-orang dapat kembali berjalan melewati kota ini dan mengagumi tiang-tiangnya yang menjulang tinggi. [rd/lt]

XS
SM
MD
LG