Sebagian benua Amerika belum lama ini dilanda musim kemarau dengan panas yang melampaui suhu normal dan kekeringan. Namun, warga tetap beraktivitas di luar ruang, termasuk berolahraga. Dalam keadaan seperti ini, besar kemungkinan terjadi heat exhaustion.
Terpapar suhu panas yang tinggi bisa menyebabkan gangguan kesehatan, bahkan memperburuk kondisi kesehatan yang diderita seperti penyakit jantung dan pernapasan. Adapun gejala yang umum dirasakan ketika mengalami heat exhaustion antara lain pusing/sakit kepala, mual, muntah-muntah, dehidrasi sampai detak jantung dan tekanan darah di atas normal.
Walau sebenarnya keadaan tersebut dapat dihindari, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) melaporkan rata-rata sekitar 700 orang meninggal setiap tahun akibat heat exhaustion.
Febry Arnold adalah diaspora Indonesia peminat olah raga lari yang tinggal di San Francisco. Sejak tahun 2008, Febry telah mengikuti lebih dari 50 lomba maraton di seluruh dunia. Ia berpartisipasi dalam maraton bergengsi seperti maraton di Tokyo, Chicago, New York, London, dan Bukares. Kepada VOA ia menceritakan pengalamannya saat mengikuti maraton di Yunani.
“Selama ini cuma satu kali pernah mengalami heat exhaustion, karena biasanya saya selalu menghindari rute-rute yang terkenal dengan panas," katanya.
"Waktu di Athens Marathon yang juga terkenal sebagai ‘the original marathon’ di mana kita lari dari kota Marathona ke Athena, itu satu-satunya yang pernah saya alami heat exhaustion. Cara mengatasinya adalah:satu, kurangi kecepatan, slow down your pace, kemudian juga harus disiplin untuk stop di setiap water station, very important. Never skip the water station.”
Bagi Gatut Achmadi, pesepeda di daerah Washington DC, lokasi dan waktu bersepeda sangat menentukan dalam menghindari heat exhaustion. Ketika ditemui VOA dalam sebuah acara bersepeda amal di negara bagian Maryland, Gatut menyatakan bersyukur, ia belum pernah mengalami sakit akibat kepanasan yang berlebihan.
“Selama ini Alhamdulillah belum ya, (bersepeda di musim panas) tetap jalan, tapi kita cari daerah yang teduh gitu ya, trus kita usahakan perginya pagi, jadi at least sampai noon lah gitu.”
Remy Wantah yang juga memiliki hobi bersepeda di alam terbuka pernah mengalami kelelahan akibat kepanasan ketika bersepeda. Pekerja bidang tekonologi informatika di negara bagian Virginia ini mengatakan kuncinya, agar tidak mengalami heat exhaustion dalam bersepeda jarak jauh adalah menjaga ritme kecepatan dan sangat memperhatikan agar tidak terjadi dehidrasi. Apabila merasakan gejala heat exhaustion, ia menyarankan:
“Mendingan take a break, minum air, stretching. Jadi jangan sampai gak bisa pulang, baliknya kalo udah fatigue ya, itu rasanya gak enak banget, dan cari trail yang jangan terlalu banyak tanjakan, kalo bisa yang flat-flat aja gitu, bawa airnya juga yang cukup, jangan terlalu banyak juga soalnya air berat ya, jadi kalo ada air ya sama aja bisa nambah beban kita buat gowesan.”
Bagi Meirina Hutabarat, heat exhaustion dapat langsung memicu migren.
“(yang dirasakan) light headed, aku pikir aku sudah hampir pingsan tapi ya karena aku sudah pernah ambil first-aid CPR class jadi aku pham untuk cooling myself under the shade gitu supaya gak terlalu drastis, lalu tahu diri sendiri lah, duduk nenangin diri, tapi gak minum," katanya.
"Kalo lagi shock gitu sebenarnya gak boleh minum, walaupun kita sudah keringetan kayak apa, itu gak boleh minum, karena ketika kita minum juga ada kemungkinan karena badan kita belum stabil, itu bisa masuk ke paru-paru, air minumnya, so that’s number one. Gak boleh minum sampai suhu tubuh kita bener-bener normal, mungkin setelah 10-20 menit duduk, baru (boleh minum)," tukasnya.
Staf lokal KBRI Washington yang gemar berkebun ini mengatakan bahwa kitalah yang mengenal batas ketahanan tubuh kita, maka dari itu jangan pernah memaksakan diri untuk tetap berada di bawah suhu panas yang berlebihan. [aa/ka]