Produsen bir Belanda Heineken, Senin (28/3) mengumumkan keluar dari Rusia, menjadi perusahaan Barat terbaru yang keluar dari negara itu tidak lama setelah Moskow menginvasi Ukraina.
Perusahaan bir itu telah menghentikan penjualan dan produksi merek Heineken dari Rusia, serta menangguhkan investasi baru dan ekspor ke negara itu awal bulan ini.
“Kami terkejut dan sangat sedih melihat perang di Ukraina terus berlanjut dan meningkat,” kata Heineken dalam sebuah pernyataan.
“Menyusul tinjauan strategis mengenai operasi kami yang diumumkan sebelumnya, kami telah menyimpulkan bahwa kepemilikan bisnis Heineken di Rusia tidak lagi dapat dilanjutkan atau layak di situasi sekarang ini,” lanjut pernyataan itu.
“Sebagai akibatnya, kami telah memutuskan untuk meninggalkan Rusia.”
Heineken menyatakan akan melakukan “pengalihan secara tertib” bisnisnya ke pemilik baru sesuai dengan hukum internasional dan UU lokal dan tidak akan mengambil keuntungan dari transaksi itu, yang akan menimbulkan kerugian 400 juta euro.
Perusahaan itu menyatakan akan terus mengurangi operasi selama periode transisi untuk mengurangi risiko nasionalisasi serta “memastikan keselamatan dan kesejahteraan yang berlanjut terhadap para karyawan kami.”
“Apapun yang terjadi, kami menjamin gaji 1.800 karyawan kami akan dibayar hingga akhir 2022 dan kami akan melakukan yang terbaik untuk melindungi pekerjaan mereka pada masa mendatang.”
Ratusan perusahaan Barat telah menutup toko dan kantor di Rusia sejak perang dimulai, di antaranya adalah nama-nama terkenal seperti Ikea, Coca-Cola dan MacDonald’s. [uh/ab]