“Musik ini sangat orisinil. Saya kira dangdut bisa diterima di Amerika. Ini pertama kali saya dengar dangdut dan menurut saya sangat menghibur.”
Itulah komentar Marco, pengunjung festival SXSW (South by Southwest) di Austin, Texas, Amerika Serikat yang mendengarkan lagu dangdut sambil berjoget di Hello Dangdut Box. Box yang dilengkapi dengan lampu dansa dan video dangdut ini mengundang pengunjung untuk mendengar dan menikmati musik dangdut sambil bergoyang.
Menurut Dian Ono, koordinator Hello Dangdut, kehadiran box ini di SXSW adalah langkah pertama untuk mengenalkan musik dangdut ke Amerika.
“Kita pengen tahu mereka enjoy atau engga. Lewat aplikasi facial recognition (pendeteksi reaksi di wajah) yang dipasang di box ini,kita bisa tahu apakah mereka enjoy dangdutan apa engga, sereseptif apa orang-orang Amerika atau global yang ada di sini terhadap musik baru ini.”
Bila respons cukup bagus, langkah selanjutnya adalah membawa musik dangdut ke Amerika.
‘Archipelageek’ Tampil Lagi di SXSW
Hello Dangdut adalah salah satu dari tujuh produk kreatif unggulan yang dibawa oleh Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (Bekraf) yang lolos seleksi untuk tampil di ajang fetival budaya pop, inovasi dan kreatif terbesar di Amerika ini. Selain Hello Dangdut, Bekraf juga membawa startup lokal seperti Ars, Nodeflux, TeleCTG, MTarget, Dicoding, Noore Sport Hijab dan Knok Percussion.
Ke-tujuh produk ini dipamerkan di Pavilion Indonesia yang tetap mengusung nama ‘Archipelageek’ seperti tahun-tahun sebelumnya. Menurut Ricky Pesik, Wakil Ketua Bekraf, memang nama ini selalu dipakai di pasar internasional ketika memperkenalkan produk-produk terkait teknologi dan digital. "Yang penting konsistensi. Keunggulan Indonesia adalah terdiri dari 170 ribu pulau dan itu merepresentasikan diversity. Tapi selama ini juga ada citra archipelago terkait dengan hal-hal tradisional, bahkan kesannya primitif. Kita mau bilang Indonesia juga negara maju yang punya terobosan, punya anak-anak muda yang sangat paham dengan perkembangan teknologi, punya inovasi-inovasi, karena itulah pake geek," tambah Ricky.
Inovasi ‘Geek’ Indonesia: Dari Hijab Olahraga Hingga Alat Deteksi Kehamilan Portabel
Salah satu produk inovasi yang dibawa ‘geek’ Indonesia ke Amerika tahun ini adalah alat CTG (cardiotocography) atau pendeteksi keadaan janin portabel dan terjangkau untuk ibu-ibu di daerah terpencil atau tertinggal di Indonesia. Abraham Auzan, CPO dan salah satu pencipta alat ini, mengaku menciptakan alat ini karena ia ingin agar pemerataan kesehatan di Indonesia bisa dicapai. "Karena kita sama-sama tahu bahwa kesehatan di Indonesia ga semuanya bisa mendapat opportunity yang sama seperti di kota besar. Jadi kita coba ciptakan ini demi pemerataan kesehatan di Indonesia," ujarnya.
Bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan, alat ciptaannya kini digunakan oleh bidan-bidan di Kupang, dan sebentar lagi akan tersedia di Alor dan Sumba, NTT dan Madura.
Abraham mengklaim alat ini adalah yang pertama di dunia yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan ibu hamil di negara-negara berkembang. Lewat kehadirannya di festival ini, Abraham berharap bisa masuk ke pasar internasional, khususnya negara-negara berkembang lainnya.
Produk unik lain yang hadir di Pavilion Indonesia adalah hijab olahraga ‘Noore’ yang dibuat oleh anak-anak muda Bandung.
Dhira Bongs Tampil di Festival Musik SXSW
Selain produk kreatif dan inovasi, musisi Indonesia Dhira Bongs juga akan tampil di festival musik SXSW tahun ini. Musisi muda kelahiran tahun 1993 ini dijadwalkan tampil pada 12 Maret.
Festival SXSW telah berlangsung di Austin sejak tahun 1987. Awalnya festival ini fokus pada musik, namun acara tahunan yang menyoroti perkembangan media interaktif dan kovergensinya dengan industri musik dan film ini juga menyelanggarakan konferensi yang membahas tren-tren teknologi khususnya di bidang industri kreatif yang mencakup film, musik, kuliner, fashion dan gaya hidup sehat.
SXSW berlangsung mulai tanggal 8 Maret hingga 17 Maret 2019. Delegasi Indonesia hadir di acara pameran dagang pada 10-13 Maret.