Sebagai perawat veteran unit perawatan intensif (ICU) yang bertugas merawat pasien kritis di rumah sakit di Long Beach, California, Merlin Pambuan sangat paham bagaimana Covid-19 dapat menyebabkan kerusakan yang mematikan pada tubuh manusia.
Musim semi lalu kondisi berbalik 180 derajat. Pambuan menjadi pasien di ICU tempat ia bekerja selama 40 tahun terakhir. Pambuan ditidurkan dengan obat penenang dan ventilator dipasang untuk membantunya bernapas. Alat bantu untuk menyalurkan makanan kemudian dipasang juga.
Dokter mengungkapkan Pambuan berkali-kali hampir menjemput maut. Kondisinya begitu parah sehingga pada satu titik pilihan para dokter mendiskusikan opsi untuk mengakhiri hidupnya dengan keluarganya.
Pada saat dia bangun dan bisa bernapas sendiri lagi, dia sudah terlalu lemah untuk berdiri. Namun Pambuan melawan dan berjuang selama berminggu-minggu dengan melakukan terapi. Ia merayakan ulang tahunnya yang ke-66 di bangsal rehabilitasi akut St. Mary pada akhir Oktober.
Pada Senin (21/12), Pambuan mengalahkan cobaan berat selama delapan bulan. Dia berjalan keluar dari pintu depan rumah sakit diiringi sorak-sorai, tepuk tangan dan kegembiraan dari rekan-rekan yang berjejer di lobi. Mereka ikut bersuka cita dengan kepulangan Pambuan dari rumah sakit
“Ini adalah hidup kedua saya,” kata Pambuan beberapa saat sebelumnya, saat dia bersiap untuk meninggalkan kamar rumah sakit, seperti dikutip Reuters. Pambuan ditemani oleh suaminya, Daniel, 63, dan putri mereka, Shantell, 33, seorang calon pekerja sosial yang menghabiskan waktu berbulan-bulan di samping tempat tidur ibunya.
Pambuan terlihat berjalan perlahan, tapi percaya diri, melalui lobi rumah sakit. Dia bahkan bersikeras untuk keluar tanpa bantuan kursi roda atau alat bantu jalan. Padahal saat itu dia masih menggunakan oksigen tambahan. Pemandangan itu menandai kemenangan buat perawat ICU bertubuh mungil, tetapi tangguh itu.
Curahan kasih sayang yang dia terima dari rekan-rekannya - termasuk banyak dokter, sesama perawat dan terapis yang mengambil bagian dalam perawatannya - juga mencerminkan momen kemenangan komunal yang langka bagi staf rumah sakit yang kelelahan karena pandemi.
“Inilah tujuan hidup kami ... melihat pasien kami pulang dalam keadaan hidup dan kondisi baik,” kata Dr. Maged Tanios, spesialis perawatan paru dan kritis di St. Mary. Dia mengatakan kesembuhan Pambuan sangat bermanfaat karena dia adalah bagian dari "keluarga" besar rumah sakit.
Tanios mengatakan dia tidak mengetahui staf medis St. Mary lainnya dirawat di ICU karena Covid. Namun, penelitian menunjukkan bahwa petugas kesehatan garis depan yang sering melakukan kontak dekat dengan pasien virus corona membuat mereka berisiko lebih tinggi tertular penyakit. Untuk itu, mereka harus menjadi prioritas utama dalam mendapatkan imunisasi vaksin Covid-19.
Pambuan mengatakan dia tidak ingat menghabiskan empat bulan - dari awal Mei hingga awal September -- dengan alat bantu pernapasan. Namun, dia ingat pertama kali bangun dari kondisi pembiusan yang berat.
Dengan dorongan dari staf perawat dan putrinya, Pambuan, mengatakan bahwa dia semakin bertekad untuk mendapatkan kembali mobilitas dan hidupnya.
Pesannya kepada orang lain: “Jangan putus asa. Bertarung saja. Berjuang, karena lihat aku, kamu tahu. Aku akan pulang dan berjalan.” [ah/au/ft]