Pihak berwenang Kolombia, Jumat (19/5), masih mencari empat anak suku asli yang menjadi penumpang di sebuah pesawat kecil yang jatuh di hutan Amazon bulan ini. Tiga penumpang dewasa lainnya tewas. Pencarian itu membuat warga Kolombia tegang.
Kecelakaan itu terjadi pada 1 Mei dini hari. Pesawat baling-baling Cessna bermesin tunggal yang membawa enam penumpang dan seorang pilot menyatakan keadaan darurat karena kerusakan mesin. Pesawat kecil itu menghilang dari radar tak lama kemudian dan pencarian para penyintas mulai dilakukan.
Tentara Kolombia menemukan rongsokan pesawat pada Selasa (2/5) dan jenazah pilot, seorang pemandu, dan ibu dari anak-anak itu. Namun, tidak ada tanda-tanda keberadaan anak-anak tersebut.
Anak-anak itu adalah anggota dari komunitas Suku Uitoto. Mereka diidentifikasi sebagai Lesly Jacobombaire Mucutuy, 13 tahun; Soleiny Jacobombaire Mucutuy, 9 tahun; Tien Noriel Ronoque Mucutuy, 4 tahun; dan Cristin Neriman Ranoque Mucutuy, 11 bulan.
Pada Rabu (17/5), tampak ada terobosan ketika Presiden Kolombia Gustavo Petro mengumumkan melalui Twitter bahwa empat anak itu sudah ditemukan dan masih hidup. Sayangnya, beberapa jam kemudian, optimisme itu pupus ketika Petro menghapus cuitannya dan mengatakan anak-anak tersebut belum ditemukan.
“Saya memutuskan untuk menghapus cuitan itu karena informasi yang diberikan oleh ICBF (Institut Kesejahteraan Keluarga Kolombia) tidak bisa dikonfirmasi,” tulis Petro.
“Saya menyesalkan kejadian itu. Angkatan Bersenjata dan komunitas-komunitas suku asli akan meneruskan pencarian yang tak kenal lelah untuk memberikan berita yang sudah ditunggu-tunggu.”
Puluhan personel militer, yang didukung oleh warga suku asli dari komunitas-komunitas terdekat, sudah mencari di area lokasi jatuhnya pesawat.
Masyarakat Kolombia memperdebatkan berbagai temuan dalam pencarian itu dan apakah temuan-temuan itu terkait dengan anak-anak itu. Sejumlah barang yang ditemukan antara lain, dot bayi yang ditemukan suatu hari dan gunting yang ditemukan keesokan harinya di lokasi seperti tempat perlindungan yang dibuat dari dedaunan.
Ditambah lagi, perusahaan pemilik pesawat itu mengatakan dalam pernyataannya bahwa salah satu dari pilotnya yang berada di area itu mendengar dari sejumlah anggota komunitas suku asli bahwa anak-anak itu sedang dalam perjalanan menuju sebuah desa dengan menumpang kapal sungai. Namun, mereka tidak pernah tiba di desa itu.
Laporan lainnya mengatakan anak-anak itu menaiki kapal di Sungai Apaporis menuju desa Cachiporro. Namun, anak-anak itu tidak ditemukan di antara para penumpang saat kapal tiba di desa tersebut. [ft/ah]
Forum