Salah satu atlet rugby paling terkenal di Australia, bintang persatuan rugby, Israel Folau menghadapi pemecatan, menyusul komentar di online bahwa homoseksual dan "orang berdosa" lainnya akan masuk neraka. Kalau tidak ada faktor lain yang meringankan, para pejabat rugby akan membatalkan kontak dengan Folau yang berumur 30 tahun itu, yang telah bermain dalam 73 pertandingan internasional untuk negaranya.
Israel Folau adalah salah satu pemain rugby Australia dengan honor paling tinggi dan paling berbakat, tetapi ia juga paling kontroversial. Atlet ini menghadapi pemecatan menyusul postingannya di Instagram yang mengatakan "neraka menanti" orang-orang gay, pemabuk, orang yang berzinah dan atheis.
Ia juga mengirim cuitan yang mengritik parlemen Tasmania setelah menjadi negara bagian Australia pertama, untuk mencantumkan jenis kelamin (gender) dalam akte kelahiran.
"Setan telah membutakan begitu banyak orang di dunia ini," tulis Folau, seorang Kristen yang taat, melalui online.
Mantan pemain rugbi internasional Australia dan penulis, Peter Fitzsimmons mengatakan, karir Folau sudah tamat.
“Memasang pernyataan seperti itu di ruang publik, ketika tingkat bunuh diri anak muda tinggi, boleh saja, tapi kami tidak akan membiarkannya main dalam pertandingan, muncul dalam poster-poster dan mendapat bayaran sejuta atau dua juta dollar. Begitu dia mengeluarkan pernyataan itu, karirnya dalam olahraga hancur,” ramal Fitzsimmons.
Folau lolos dari sanksi menyusul komentar-komentar homofobik yang ia buat setahun lalu. Tetapi tampaknya pejabat rugby Australia sudah muak, dan diperkirakan akan menyudahi kontraknya. Lahir di Sydney dari orang tua Tonga, Folau sebelumnya mengatakan bahwa keyakinan agamanya "jauh lebih penting" daripada kariernya.
Penyiar berpengaruh Australia, Alan Jones, mantan pelatih tim rugby internasional Australia mengatakan, jika kontrak Folau dihentikan, itu akan "berdampak buruk" bagi kebebasan berbicara.
Tetapi pejabat-pejabat rugby mengatakan dalam pernyataannya, sementara pemain yang berbicara blak-blakan itu punya hak atas keyakinan agamanya, namun cara mengungkapkannya "tidak konsisten dengan nilai-nilai rugby". (ps)