Ratusan warga Haiti mendirikan kemah-kemah di sekitar alun-alun utama di Kota Port-au-Prince, Ibu Kota Haiti, pada Jumat (1/9) menyusul serangan semalaman oleh geng-geng bersenjata. Serangan itu memaksa warga Haiti, yang sedang dalam pengungsian, untuk mencari perlindungan lagi di mana saja yang tersedia.
Geng Gran Ravine pimpinan Renel Destina telah mengepung permukiman padat penduduk Carrefour Feuilles selama berminggu-minggu. Akibatnya, sejumlah pekerja bantuan terpaksa mundur dan ribuan orang melarikan diri dari rumah-rumah mereka. Polisi yang kekurangan tenaga keamanan berupaya keras meredam kekerasan.
Sebagian warga lainnya mengungsi ke gedung Teater Nasional di pusat kota.
Yves Penel, yang bekerja sebagai manajer umum, mengatakan ratusan orang tiba sepanjang malam dan mereka sudah menyiapkan panitia untuk mengatur makanan, pasokan air, dan kebersihan.
“Saya besar di Carrefour Feuilles,” kata Penel. “Kami akan melakukan apa yang harus kami lakukan.”
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan dalam dua pekan terakhir saja sudah lebih dari 10 ribu orang mengungsi.
Jumat (1/9) juga menandai pertama kalinya orang-orang berkemah di Champ de Mars sejak gempa dahsyat pada 2010. Champ de Mars adalah alun-alun utama ibu kota itu yang juga tempat monumen-monumen bersejarah untuk menghormati para pahlawan Revolusi Haiti.
Tidak tahu mau ke mana
Orang-orang mulai pindah ke alun-alun itu pada Kamis (31/8) malam dari Place Jeremie, sebuah kemah pengungsian sementara yang berjarak 1,5 kilometer dari alun-alun.
Hingga Jumat (1/9), kelompok hak-hak asasi manusia (HAM) CADH memperkirakan sekitar 100 orang tersebar di sekitar alun-alun untuk menghindari cuaca panas sore hari. Beberapa ratus orang lainnya mengungsi di gedung-gedung sekolah sekitar.
Para wartawan setempat mengatakan sejumlah orang yang berusaha meninggalkan kota berkumpul di stasiun bus. Di sejumlah lokasi lainnya, kelompok-kelompok pengamanan sipil memperkuat barikade.
Perang antara geng di Haiti sudah menewaskan 2.500 orang dan melukai 1.000 lainnya sejak Januari, menurut perhitungan PBB, di tengah merebaknya penculikan, hukuman mati tanpa pengadilan, dan kekerasan seksual.
Dewan Keamanan PBB diperkirakan akan melakukan pemungutan suara terhadap rencana untuk mengirim bantuan keamanan internasional yang diminta pada Oktober tahun lalu oleh Pemerintahan Haiti yang berkuasa tanpa melalui pemilihan umum. Delegasi Kenya bertemu dengan komandan kepolisian bulan lalu, tetapi sejumlah negara khawatir dan pasukan multinasional belum juga terbentuk. [ft]
Forum