Tautan-tautan Akses

Hizbullah Dihantam Krisis Keuangan di Tengah Gempuran Israel


Asap mengepul di atas pinggiran selatan Beirut akibat kebakaran yang terjadi pada generator, menurut warga, seperti yang terlihat dari Baabda, Beirut, Lebanon, 12 Oktober 2024. (Foto: Louisa Gouliamaki/REUTERS)
Asap mengepul di atas pinggiran selatan Beirut akibat kebakaran yang terjadi pada generator, menurut warga, seperti yang terlihat dari Baabda, Beirut, Lebanon, 12 Oktober 2024. (Foto: Louisa Gouliamaki/REUTERS)

Hizbullah mendirikan AQAH pada 1982 sebagai lembaga amal yang memberikan pinjaman tanpa bunga kepada warga Lebanon yang membutuhkan, terutama kepada kaum sesama Syiah.

Milisi Lebanon Hizbullah mengalami kehabisan dana, sebagaimana disampaikan sejumlah peneliti kepada VOA. Israel yang berpekan-pekan terus membombardir kelompok yang didukung Iran itu, mengganggu pasokan aliran dana dari tiga sumber pendapatan utamanya.

Para peneliti yang berbasis di Amerika Serikat (AS), dan Lebanon, dan juga laporan Departemen Keuangan Amerika, mengidentifikasi sumber utama pendapatan Hizbullah selama ini adalah Al-Qard al-Hasan (AQAH), sebuah lembaga kuasi-perbankan yang dioperasikan oleh kelompok teroris tanpa izin perbankan resmi.

Selain itu, sumber dana lainnya berasal dari bank-bank komersial Lebanon yang bangkrut, tetapi masih berlisensi, serta pesawat-pesawat pengangkut uang tunai yang mendarat di bandara Beirut.

Militer Israel semakin intens menyerang pemimpin dan fasilitas Hizbullah pada bulan lalu, setelah sebelumnya membatasi responsnya terhadap milisi kelompok itu selama 11 bulan. Hamas yang juga didukung oleh Iran ini menyerang Israel selatan dari Gaza pada Oktober 2023, yang mendorong Israel melakukan pembalasan.

Asap mengepul saat sebuah bangunan runtuh di pinggiran selatan Beirut, Lebanon, Sabtu, 28 September 2024. (Foto: AP)
Asap mengepul saat sebuah bangunan runtuh di pinggiran selatan Beirut, Lebanon, Sabtu, 28 September 2024. (Foto: AP)

Hizbullah mendirikan AQAH pada 1982 sebagai lembaga amal yang memberikan pinjaman tanpa bunga kepada warga Lebanon yang membutuhkan, terutama kepada kaum sesama Syiah. Menurut Pusat Informasi Intelijen dan Terorisme Meir Amit Israel (ITIC), yang merupakan kelompok penelitian nonpemerintah yang terdiri dari para veteran komunitas intelijen Israel, lembaga ini bertujuan untuk mendukung masyarakat tersebut.

ITIC mengatakan AQAH berkembang menjadi lembaga besar dengan cabang-cabang di basis Hizbullah di Beirut selatan, Dahiyeh, dan wilayah Lebanon lain yang didominasi Hizbullah.

Departemen Keuangan Amerika menjatuhkan sanksi kepada AQAH pada 2007. Dalam pengumuman sanksi lebih lanjut terhadap karyawan AQAH pada 2021, dikatakan bahwa lembaga tersebut berhasil mengumpulkan sekitar setengah miliar dolar.

Menurut MTV Lebanon, salah satu jaringan TV terkemuka di negara itu, AQAH mengalami dampak serius akibat serangan udara awal Israel terhadap target-target Hizbullah di Dahiyeh pada akhir September.

Dalam laporan berbahasa Arab pada 30 September, MTV Lebanon menyebutkan bahwa serangan udara Israel menargetkan "pusat penyimpanan uang tunai, termasuk sebagian besar brankas AQAH," yang mengakibatkan kelompok tersebut mengalami apa yang disebut sebagai "krisis keuangan."

Hilal Khashan, seorang profesor ilmu politik di Universitas Amerika di Beirut, mengatakan dalam sebuah wawancara telepon pada Rabu bahwa Israel "menghancurkan" sebagian besar cabang AQAH dalam serangan udara tersebut. "Hizbullah menghadapi masalah keuangan yang sangat serius. Mereka tidak mampu membayar anggota biasa yang telah meninggalkan rumah mereka, dan perlu memberi makan keluarga mereka," kata Khashan.

Sanksi Departemen Keuangan pada 2021 terhadap enam karyawan AQAH menyatakan bahwa mereka memanfaatkan rekening pribadi di bank-bank Lebanon berlisensi untuk mentransfer lebih dari $500 juta ke dan dari AQAH selama dekade terakhir. Aktivitas ini memberikan AQAH akses ke sistem keuangan internasional melalui rekening pribadi karyawan di bank-bank Lebanon.

David Asher, mantan pejabat Departemen Pertahanan dan Luar Negeri Amerika Serikat yang berfokus pada jaringan perdagangan narkoba dan pencucian uang global Hizbullah, menyatakan dalam wawancara terpisah pada Rabu bahwa kelompok tersebut menghadapi "masalah besar" akibat kehilangan akses ke sistem perbankan Lebanon.

Para perempuan berdiri di samping kendaraan yang rusak di lokasi serangan udara Israel di Beirut, Lebanon, 11 Oktober 2024. (Foto: Louisa Gouliamaki/Reuters)
Para perempuan berdiri di samping kendaraan yang rusak di lokasi serangan udara Israel di Beirut, Lebanon, 11 Oktober 2024. (Foto: Louisa Gouliamaki/Reuters)

"Saya mendengar dari para bankir Lebanon, termasuk pemodal Hizbullah, bahwa para bankir terkaya Lebanon yang mampu terbang telah melarikan diri ke Eropa dan Teluk, karena khawatir mereka dapat menjadi sasaran berikutnya oleh Israel karena membantu Hizbullah," kata Asher, seorang peneliti senior di Hudson Institute yang berpusat di Washington.

“Para bankir Lebanon ini, kebanyakan dari mereka adalah miliarder, melihat angin bertiup melawan Hizbullah, jadi mereka tidak akan membiarkan Hizbullah mengambil jutaan dolar dari bank mereka, yang masih memiliki uang tunai meskipun secara tertulis bangkrut,” kata Asher. “Mereka tahu bahwa jika mereka melakukannya, Israel mungkin akan melenyapkan mereka juga.”

Menurut Asher dan Khashan, sumber pendanaan Hizbullah lainnya yang berkurang adalah pengiriman uang tunai melalui pesawat yang mendarat di bandara Beirut, terutama dari Iran, yang merupakan pelindung utama kelompok tersebut.

Juru bicara militer Israel, Daniel Hagari, menyampaikan kepada wartawan pada 27 September bahwa pesawat tempur Israel telah mulai melakukan patroli di wilayah udara bandara Beirut dan tidak akan mengizinkan penerbangan musuh yang membawa senjata untuk mendarat di fasilitas sipil. Namun, ia tidak menyebutkan masalah pengiriman uang tunai yang diangkut melalui penerbangan yang dianggap sebagai penerbangan musuh oleh Israel.

Keesokan harinya, Kementerian Transportasi Lebanon menginformasikan kepada media Lebanon dan Barat bahwa mereka telah memerintahkan sebuah pesawat Iran yang menuju Beirut untuk kembal, dan tidak melintasi wilayah udara Lebanon. Tindakan tersebut dikaitkan dengan peringatan Israel kepada menara pengawas lalu lintas udara Beirut bahwa Israel akan menggunakan kekerasan jika pesawat itu mendarat di bandara tersebut.

“Saya mendengar dari rekan-rekan saya di Israel bahwa Iran takut mengirim uang ke Lebanon saat ini karena Israel mengancam akan menargetkan penerbangan ke Beirut. Israel memperingatkan bahwa mereka akan menargetkan penerbangan yang penuh dengan uang, bukan hanya senjata,” kata Asher.

Khashan mengatakan Iran biasa mengatur penerbangan reguler dari Teheran ke Beirut untuk menyelundupkan uang tunai ke Hizbullah tanpa melalui departemen bea cukai pemerintah Lebanon. “Dalam beberapa minggu sejak Israel meningkatkan serangannya di pinggiran selatan Beirut, pemerintah Lebanon telah menegaskan lebih banyak kendali atas bandara, dan sekarang tidak ada aliran uang tunai ke Hizbullah,” kata Khashan.

Petugas tanggap darurat sedang bekerja di lokasi serangan Israel di Ain Deleb, Lebanon selatan, pada 30 September 2024. Serangan ini terjadi di tengah konflik yang terus berlanjut antara Hizbullah dan pasukan Israel. (Photo: Aziz Taher/REUTERS)
Petugas tanggap darurat sedang bekerja di lokasi serangan Israel di Ain Deleb, Lebanon selatan, pada 30 September 2024. Serangan ini terjadi di tengah konflik yang terus berlanjut antara Hizbullah dan pasukan Israel. (Photo: Aziz Taher/REUTERS)

Menteri Pekerjaan Umum dan Transportasi Lebanon Ali Hamieh mengatakan kepada Agence France-Presse pada Selasa bahwa bandara Beirut “tunduk pada hukum Lebanon dan pengawasan dari berbagai departemen dan badan keamanan terkait.” Hamieh menambahkan bahwa setiap pesawat yang membawa senjata harus disetujui oleh tentara Lebanon dan diberi lisensi oleh kementeriannya.

Dalam laporannya pada Kamis, jaringan TV Saudi Al Arabiya mengutip sumber militer Lebanon yang menyatakan bahwa militer dan badan keamanan lainnya telah "berusaha keras" untuk menguasai bandara tersebut dengan memulai pemeriksaan pengiriman kargo guna memastikan isinya sesuai dengan yang tercantum.

Khashan mengatakan kekurangan uang tunai yang dimiliki Hizbullah sepertinya tidak akan menghentikan tekad ribuan anggotanya untuk memerangi pasukan Israel dalam waktu dekat.

“Melanjutkan perjuangan lebih bergantung pada ketersediaan makanan dan amunisi,” katanya. “Ketika perjuangan Anda dimotivasi oleh semangat keagamaan, Anda memiliki lebih banyak masalah mendasar yang perlu dikhawatirkan dibandingkan ketersediaan uang tunai,” ujarnya. [ah/ft]

Forum

XS
SM
MD
LG