Serangan Israel telah membunuh pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah serta enam komandan dan pejabat tinggi kelompok itu dalam 10 hari terakhir. Serangan Israel juga telah menghantam apa yang disebut Pasukan Pertahanan Israel (Israeli Defense Force/IDF) sebagai ribuan target militan di sebagian besar wilayah Lebanon.
Meski kelompok itu menerima pukulan berat dalam beberapa minggu terakhir, pemimpin sementara Hizbullah, Naim Kassem, mengatakan dalam sebuah pernyataan televisi bahwa apabila Israel memutuskan untuk melancarkan serangan darat, kelompoknya sudah siap, sambil menambahkan bahwa para komandan yang tewas terbunuh telah digantikan.
“Kami tahu pertempuran ini mungkin akan berlangsung lama dan pilihannya terbuka bagi kami. Kami akan menghadapi kemungkinan apa pun dan siap jika Israel memutuskan untuk masuk melalui jalur darat. Pasukan perlawanan siap untuk pertempuran darat,” kata Kassem.
Sebagai salah satu anggota pendiri Hizbullah yang telah lama menjadi wakil Nasrallah, Kassem akan tetap menjadi penjabat pemimpin hingga para petinggi kelompok itu memilih seorang pengganti.
Sosok yang digadang banyak pihak akan menggantikan Nasrallah adalah Hashem Safieddine, sepupu Nasrallah yang mengawasi urusan politik kelompok tersebut.
Sementara itu, pada hari yang sama, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa negaranya sedang menjalani “hari-hari yang menentukan”.
“Kita berperang demi keberadaan kita sendiri. Kita akan bersatu, bergandengan tangan, dan mengalahkan musuh-musuh kita,” ungkap Netanyahu.
Sebelumnya pada Senin, juru bicara pemerintah Israel, David Mencer, mengatakan bahwa “tidak ada tempat yang tidak akan dijangkau Israel” untuk mempertahankan diri dan bahwa negaranya tidak akan berhenti hingga tujuan perangnya tercapai.
Ia mengatakan bahwa Israel kini menghadapi Iran di tujuh medan perang yang berbeda.
Mencer menambahkan, Israel tidak sedang berperang melawan Lebanon. Ia justru menyerukan kepada pemerintah Lebanon untuk menyingkirkan Lebanon dari sisi selatan negara itu, sesuai dengan resolusi PBB nomor 1559 dan 1701.
“Israel siap melakukan apa pun yang diperlukan, baik melalui diplomasi maupun aksi militer untuk mencapai tujuan itu, agar rakyat kami dapat kembali ke rumah mereka,” ujarnya.
Di sisi lain, dalam rapat kabinet darurat Sabtu (28/9) lalu, penjabat Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati mengatakan, ketika Lebanon mendatangi PBB untuk mencari “solusi”, Israel justru memilih “pengkhianatan.”
Mikati juga mengecam Israel atas serangan di Beirut dan Lebanon di tengah upaya dunia untuk mencapai gencatan senjata. Mikati juga menyerukan persatuan rakyat Lebanon.
“Dalam semua pertemuan yang saya adakan di PBB, saya merasakan dukungan penuh bagi kami dari teman-teman Lebanon, serta desakan untuk menghentikan agresi Israel. Namun sayangnya, hukum rimba yang mengendalikan dunia telah membuat pihak musuh, Israel, menggagalkan semua upaya untuk mencapai gencatan senjata dan meneruskan perangnya melawan Lebanon, karena negara itu tidak peduli pada hukum dan legitimasi internasional,” jelasnya.
Lebih dari 1.000 orang tewas di Lebanon dalam dua minggu terakhir, hampir seperempatnya perempuan dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Lebanon.
Pada Senin, sebuah serangan udara menghantam sebuah gedung hunian, menghancurkan satu apartemen, merusak unit lainnya, dan menewaskan tiga militan Palestina di pusat Kota Beirut.
Hizbullah sendiri telah meningkatkan serangan roketnya secara signifikan selama seminggu terakhir menjadi beberapa ratus roket setiap harinya, meski sebagian besarnya berhasil dicegat atau jatuh di area terbuka.
Di sisi Israel, beberapa orang terluka. Tidak ada korban jiwa sejak dua tentara tewas di dekat perbatasan dengan Lebanon pada 19 September lalu. [br/ab]
Forum