Hong Kong memperluas lockdown sebagiannya dan memperketat pembatasan terkait pandemi, Selasa (25/1), setelah lebih dari 200 kasus COVID-19 ditemukan di sebuah kawasan perumahan umum.
Hong Kong sebelumnya juga telah menangguhkan banyak penerbangan luar negeri dan mengharuskan mereka yang baru datang lewat penerbangan dikarantinakan.
Pendekatan Hong Kong ini mirip dengan pendekatan “toleransi nol'' China daratan terhadap virus yang telah menempatkan jutaan orang dalam lockdown dan mewajibkan pemakaian masker, pelacakan kasus yang ketat, dan pengujian massal.
Pemimpin Hong Kong Carrie Lam mengatakan blok perumahan kedua di kompleks perumahan Kwai Chung akan di-lockdown selama lima hari. Blok di mana virus pertama kali ditemukan sudah di-lockdown, dan waktunya akan diperpanjang dari lima menjadi tujuh hari.
“Langkah-langkah tersebut diambil untuk memberikan perlindungan yang aman bagi penduduk serta mencegah penyebaran virus,” kata Lam kepada wartawan.
Sekolah-sekolah telah ditutup dan restoran-restoran dilarang menawarkan layanan makan di dalam setelah pukul 6 sore untuk mencegah terjadinya lonjakan kasus. Pengujian wajib telah diperintahkan pada orang-orang yang tinggal di, atau mengunjungi, gedung-gedung tempat virus terdeteksi.
Wabah itu juga telah mendorong kota Shenzhen yang berada tepat di seberang perbatasan di daratan China, memperketat aturan pada orang-orang yang datang dari Hong Kong. Mulai Rabu (26/1), pelancong dari Hong Kong harus menunjukkan hasil tes COVID-19 negatif yang diperoleh selama 24 jam sebelumnya, menjalani karantina 14 hari di lokasi yang ditentukan pemerintah dan tujuh hari isolasi di rumah.
Lam juga mengkritik salah satu anggota senior Kabinetnya, Menteri Dalam Negeri Casper Tsui, yang termasuk di antara beberapa pejabat pemerintah yang diskors dari tugas dan diperintahkan untuk menjalani karantina setelah mereka menghadiri pesta ulang tahun di mana dua tamu kemudian dinyatakan positif terkena virus corona. [ab/uh]