Pemberontak Houthi Yaman mengklaim pada Jumat (19/1) pagi bahwa mereka telah melancarkan serangan rudal terhadap sebuah kapal AS di Teluk Aden.
Dalam pernyataan yang diunggah ke media sosial, Houthi mengatakan bahwa “pasukan angkatan laut mereka… melakukan operasi penargetan terhadap sebuah kapal Amerika,” yang diidentifikasi sebagai Chem Ranger, “dengan menggunakan beberapa rudal angkatan laut yang sesuai, sehingga mengakibatkan serangan langsung.”
Kelompok pemberontak itu tidak memberitahukan waktu dan rincian lain terkait serangan terbarunya ke jalur pelayaran internasional tersebut.
Serangan Houthi terhadap kapal-kapal di dan sekitar Laut Merah memicu serangan oleh pasukan AS dan Inggris di Yaman. AS melaporkan bahwa serangan terbarunya terhadap target-target Houthi dilancarkan pada hari Kamis (18/1).
Situs spesialis Marine Traffic mengidentifikasi Chem Ranger sebagai kapal tanker kimia berbendera Kepulauan Marshall yang berlayar dari Jeddah, Arab Saudi menuju Kuwait.
Perusahaan manajemen risiko maritim Inggris, Ambrey, mengatakan bahwa sebuah kapal tanker kimia Kepulauan Marshall yang berlayar di sepanjang rute yang sama telah melaporkan keberadaan sejumlah drone “mencurigakan” yang mendekatinya di tenggara pelabuhan Aden, Yaman.
Salah satu drone itu jatuh ke laut, sekitar 30 meter dari kapal tanker itu, tambahnya. “Sebuah kapal perang India merespons peristiwa tersebut.”
“Tidak ada laporan mengenai awak kapal yang menjadi korban jiwa maupun kerusakan,” ungkap perusahaan itu.
Badan keamanan maritim Inggris (UKMTO), tanpa menyebutkan nama kapal, juga melaporkan sebuah insiden di area yang sama, di mana sebuah drone mendekati sebuah kapal dagang, dengan sebuah ledakan dilaporkan terjadi di air sekitar 30 meter dari kapal tersebut.
“Pasukan koalisi merespons. Kapal dan awak kapal selamat. Kapal melanjutkan perjalanan ke pelabuhan berikutnya,” demikian bunyi bulletin UMKTO.
Serangan Berkelanjutan
Kelompok Houthi telah melancarkan sejumlah serangan terhadap kapal-kapal yang melintasi Laut Merah sejak perang di Gaza meletus pada 7 Oktober, usai Hamas menyerang Israel.
Pernyataan Houthi menyebutkan bahwa para pemberontak bertindak melawan “penindasan terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza dan sebagai respons terhadap agresi Amerika-Inggris terhadap negara kami.”
Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa serangan terhadap Houthi akan terus berlanjut sampai para pemberontak yang didukung Iran itu berhenti menarget kapal-kapal di Laut Merah.
Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby mengatakan kepada wartawan bahwa pasukan AS telah menembak “beberapa rudal anti-kapal yang kami yakini sedang dipersiapkan untuk ditembakkan ke Laut Merah bagian selatan.”
Wakil Sekretaris Pers Pentagon Sabrina Singh mengatakan bahwa pesawat-pesawat tempur Angkatan Laut AS melancarkan beberapa serangan terakhir, dan bahwa serangan udara terhadap Houthi yang dimulai pekan lalu telah mampu “menurunkan, serta sangat mengganggu dan menghancurkan sejumlah besar kemampuan (militer) mereka.”
Beberapa perusahaan pelayaran besar telah menghentikan sementara lalu lintas mereka melewati area tersebut karena khawatir akan terkena serangan.
Rusia, pada hari Kamis (18/1), mengatakan bahwa AS harus menghentikan sementara serangannya terhadap Houthi untuk membantu resolusi diplomatik terhadap serangan terhadap kapal dagang.
“Yang paling penting saat ini adalah menghentikan agresi terhadap Yaman, karena semakin banyak bom yang dilontarkan Amerika dan Inggris, semakin enggan Houthi untuk berunding,” kata Lavrov kepada wartawan di Moskow.
Sementara itu, Denmark mengatakan pada hari Kamis bahwa mereka akan bergabung dengan koalisi yang melancarkan serangan udara terhadap Houthi.
Negara Skandinavia, yang sebelumnya mengatakan akan mengirimkan kapal fregat ke wilayah tersebut, adalah negara asal raksasa pelayaran Maersk, salah satu perusahaan yang mengalihkan rute kapal mereka, menjauh dari Laut Merah. [rd/rs]
Forum