Tautan-tautan Akses

HRW Ungkap Penganiayaan Atlet Anak-Anak Jepang


Seorang anak berpose di lambang cincin Olimpiade di depan Museum Olimpiade Jepang, di Tokyo, Jepang, 17 Februari 2020. (REUTERS/Athit Perawongmetha)
Seorang anak berpose di lambang cincin Olimpiade di depan Museum Olimpiade Jepang, di Tokyo, Jepang, 17 Februari 2020. (REUTERS/Athit Perawongmetha)

Suatu laporan baru Human Rights Watch (HRW) telah menguraikan kekerasan fisik, verbal dan bahkan seksual yang diduga dialami atlet-atlet anak di Jepang.

Menurut para investigator, mereka mengungkap banyak insiden para atlet muda dipukuli, ditendang, ditampar, dicekik atau dipukul dengan berbagai benda serta tidak diberi makan dan minum, selain penganiayaan dan pelecehan seksual. Mereka menyatakan penganiayaan itu menyebabkan para korban menderita depresi, cacat fisik, trauma seumur hidup, dan dalam sejumlah kasus, bunuh diri.

Belum ada komentar dari Komite Olimpiade Jepang. Laporan berjudul "I Was Hit So Many Times I Can’t Count" (Saya Dipukuli Begitu Banyak Sampai-Sampai Saya tidak Dapat Menghitungnya), menyebut salah satu kasus bunuh diri pada pemain basket di SMA di Osaka yang mengalami pelecehan fisik berulang kali di tangan pelatihnya.

Laporan dari HRW itu muncul tujuh tahun setelah otoritas olahraga Jepang bertekad untuk mengakhiri praktik hukuman fisik dalam olahraga yang dilakukan kaum muda, yang disebut taibatsu, setelah muncul tuduhan di tengah-tengah keberhasilan upaya Tokyo menjadi tuan rumah Olimpiade 2020.

Laporan ini didasarkan pada wawancara dengan 50 atlet dari berbagai cabang olahraga, serta lebih dari 700 atlet yang berpartisipasi dalam survei daring, termasuk atlet peserta Olimpiade dan Paralimpiade. Laporan ini dirilis pada hari Olimpiade Tokyo 2020 seharusnya dimulai. Olimpiade ini ditunda satu tahun karena pandemi virus corona. [uh/ab]

Recommended

XS
SM
MD
LG