Amerika dan Korea Selatan tetap sepakat dalam usaha mencapai solusi diplomatik untuk mengakhiri ancaman nuklir Korea Utara, tetapi prioritas keamanan nasional mereka mungkin berbeda mengenai bagaimana nanti peran militer Amerika di Korea setelah persetujuan penghapusan nuklir tercapai.
“Inilah ujian terakhir, ketika Amerika Serikat dan Korea Selatan harus menyepakati persekutuan keamanan apa yang hendak mereka pertahankan ke masa depan,” kata Go Myong Hyun, analis Korea Utara di Asian Institute for Policy Studies di Seoul.
Presiden Amerika Donald Trump hari Jumat dengan resmi mengumumkan kembali pertemuan puncak tanggal 12 Juni di Singapura dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, setelah sempat membatalkannya delapan hari yang lalu. Trump mengatakan ia yakin akan janji Kim untuk menghapuskan nuklir dengan menunjukkan kesediaan untuk melakukan pembicaran diplomatik yang mencakup kunjungan ke Washington oleh Kim Yong Choi, mantan kepala intelijens Korea Utara, yang membawa sepucuk surat dari pemimpin Korea Utara.
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in sangat berperan dalam penyelenggaraan pertemuan puncak Amerika-Korea Utara itu, dalam usaha agar Kim menyetujui sasaran luas pembebasan nujklir, dan dalam mendesak Trump agar tetap mendukung proses diplomatik untuk menyelesaikan perbedaan pandangan dengan Korea Utara. [gp]