Asap tebal masih menyelimuti New Delhi, Rabu (27/4), sehari setelah sebuah tempat pembuangan akhir (TPA) besar terbakar akibat gelombang panas yang menyengat.
TPA yang terletak di kawasan Bhalswa ini lebih tinggi daripada gedung 17 lantai dan mencakup area yang lebih besar daripada 50 lapangan sepak bola.
Para pekerja yang memanfaatkan sampah di sana terpaksa menghabiskan malam mereka di luar gubuk-gubuk yang berada dekat TPA itu. Namun, pada Rabu pagi, ribuan orang yang tinggal dan bekerja di TPA itu mencoba menyelamatkan sampah dari api.
New Delhi, seperti daerah-daerah di Asia Selatan lainnya, sedang menghadapi gelombang panas yang memecahkan rekor yang menurut para ahli merupakan katalisator kebakaran TPA. Tiga tempat pembuangan sampah lain di sekitar ibu kota India juga terbakar dalam beberapa pekan terakhir.
TPA di Bhalswa sebetulnya direncanakan untuk ditutup lebih dari satu dekade lalu, tetapi lebih dari 2.300 ton sampah kota masih dibuang di sana setiap harinya. Sampah-sampah organik di TPA itu membusuk dan menghasilkan gas metana yang sangat mudah terbakar.
“Karena suhu tinggi, kebakaran spontan ini pasti terjadi,'' kata Ravi Agarwal, direktur Toxics Link, sebuah kelompok advokasi berbasis di New Delhi yang berfokus pada pengelolaan sampah.
Beberapa mobil pemadam kebakaran bergegas ke TPA itu pada hari Selasa untuk mencoba memadamkan api. Pada malam harinya, TPA itu menyerupai gunung yang terbakar dan membara hingga dini hari.
Maret adalah bulan terpanas di India dalam lebih dari satu abad dan April juga sama teriknya. Suhu udara melampaui 43 derajat Celsius di beberapa kota, Selasa ,dan diperkirakan akan terus meningkat. [ab/uh]