Virus korona yang pertama kali ditemukan di Wuhan, Provinsi Hubei, China berdampak negatif terhadap pasar modal Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam perdagangan Jumat (28/2) ditutup melemah 82,9 poin atau 1,50 persen di level 5.436,1.
IHSG juga sempat terpuruk 222 poin atau sekitar empat persen di level 5.313 pada pukul 10.31 WIB. Pada penutupan perdagangan, 90 saham menguat, 330 saham melemah, dan 104 saham stagnan.
Atas pelemahan ini, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengimbau kepada para investor untuk tetap tenang. Menurutnya, meskipun berada di jalur merah, pelemahan IHSG belum terlalu dalam.
Lanjutnya, OJK belum akan bertindak apapun terkait pelemahan IHSG untuk saat ini. Meski begitu, pihaknya sudah mempunyai protokol apabila memang pelemahan yang terjadi sudah parah. Protokol tersebut adalah dengan mekanisme buyback atau membeli kembali saham yang beredar di publik tanpa melalui rapat umum pemegang saham (RUPS).
Dalam protokol tersebut, kata Wimboh disebutkan bahwa emiten bisa melakukan buyback apabila penurunan atau pelemahan IHSG sudah melebihi ambang batas (treshold) delapan persen.
“Tenang saja kita sudah punya protokolnya. Ya kalau sudah melebihi treshold turunnya ya itu ada beberapa yang bisa kita lakukan. Kita bisa membolehkan buyback,” ujar Wimboh usai Rapat Terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat (28/2).
Ia pun yakin, bahwa peristiwa penghentian perdagangan di pasar modal Indonesia, seperti yang terjadi pada tahun 2008 tidak akan terjadi.
“Enggak sampai menghentikan perdagangan,” paparnya.
Sementara itu, Menko Perekonomian Airlangga Hartanto mengatakan bahwa anjloknya IHSG dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) merupakan efek global. Pasalnya bukan hanya Indonesia saja yang terdampak virus ini.
“Efeknya global. Bukan Indonesia saja," ujar Airlangga.
Airlangga mengatakan upaya yang saat ini bisa dilakukan hanyalah menunggu dan memantau efek global terhadap perekonomian tanah air.
“Jadi kalau efek global terhadap pasar modal kita wait and watch. Walau kita bisa menyiapkan hal-hal yang tentu bisa menopang. Tapi kita bisa menunggu,” jelasnya. [gi/ab]