Ketika badak putih utara jantan terakhir di dunia mati di Sudan Maret lalu, banyak yang percaya bahwa ini akan menjadi akhir keberadaan spesies itu.
Tetapi ilmuwan di Berlin menggunakan laboratorium untuk menyelamatkan badak putih utara itu dari kepunahan total.
Para pakar di Leibniz Institute for Zoo and Wildlife Research telah mengembangkan embrio badak itu lewat tes tuba pertama di dunia.
Mereka menggunakan sperma dari badak jantan terakhir itu dan telur-telur yang dikumpulkan dari badak putih selatan betina yang melimpah jumlahnya.
Mereka kini berharap dapat meniru prosedur tersebut dengan menggunakan sperma dan sel telur yang diambil dari dua badak utara betina terakhir di dunia – yang tidak subur – dan menanam embrio tersebut ke satu badak selatan.
“Dalam waktu tiga tahun kami berharap akan memperoleh anak badak putih utara pertama,” ujar Thomas Hildebrandt di Leibniz Institute.
Ia mengakui risiko pada hewan yang terlibat dalam proses itu dan mengatakan sesuatu yang tidak terduga selalu dapat terjadi.
Hildebrant juga menolak kritik yang mengatakan produksi embrio di laboratorium akan mencampuri urusan alam.
“Badak putih utara tidak gagal berevolusi. Mereka gagal karena tidak anti-peluru. Mereka dibantai. Hal ini menimbulkan ketidakseimbangan dalam ekosistem… dan kita memiliki piranti untuk memperbaiki hal itu,” ujar Hildebrant.
Rincian proyek embrio badak ini dimuat di jurnal Nature Communications. [em/al]