Sambil bertelanjang dada, peneliti Etiam Perez membiarkan tubuhnya tenggelam hingga sepinggang di air gelap Rawa Zapata di Kuba. Misinya hari itu adalah melepaskan bayi buaya Kuba yang disita dari pemburu ilegal kembali ke alam liar.
Ini adalah kemenangan kecil, katanya, dalam pertempurannya yang lebih besar. Buaya Kuba, spesies endemik yang hanya ditemukan di Zapata dan rawa-rawa lain di Pulau Pemuda, Kuba, terancam punah.
“Buaya Kuba menghadapi beberapa tantangan, salah satunya adalah perburuan liar, yang memiliki konsekuensi terbesar dalam mengurangi populasinya di alam liar. Tetapi mereka juga menghadapi masalah lain, seperti perubahan iklim dan hibridisasi dengan buaya Amerika," jelasnya.
Para ilmuwan seperti Perez pantas khawatir. Buaya Kuba digolongkan oleh IUCN (Uni Konservasi Alam Internasional) sebagai spesies yang terancam punah karena jumlah populasinya yang rendah. Buaya Kuba diyakini memiliki habitat yang sangat spesifik yang bertebaran di kawasan seluas hanya sekitar 300 kilometer persegi di negara itu, bentangan habitat terkecil di dunia untuk spesies buaya. Walhasil, kalau habitat itu rusak, spesies buaya yang satu ini akan punah.
Yang tak kalah memprihatinkan, kemampuan mereka untuk bertahan hidup sewaktu masih bayi juga rendah. Di pusat penyelamatan yang kondisinya terjaga saja, 10 persen populasinya mati sebelum usia satu tahun karena berbagai penyakit. Sementara itu, hanya 15-20 persen yang bisa mencapai usia dewasa, sekitar lima tahun.
Karena situasi yang memprihatinkan ini, para ilmuwan pun akhirnya memutuskan untuk ikut terlibat dalam proses reproduksi mereka. Prosesnya, menurut ilmuwan Gustavo Sosa, tidak mudah.
“Antara Mei dan Juni, buaya Kuba membuat sarang dan menyimpan telurnya, dan ketika itu terjadi, kami pergi ke sarang mereka dan mengumpulkan telur. Ini adalah waktu yang paling berbahaya. Buaya Kuba sangat protektif dan mereka bisa menyerang kita. Kita juga harus sangat berhati-hati saat mengumpulkan telur, jangan sampai menabrak hewan itu atau membunuh mereka. Telur-telur dikumpulkan dan dibawa ke area inkubasi yang terkendali, tempat mereka tinggal selama 80 hingga 85 hari hingga menetas. Setelah menetas, mereka berada di sana selama beberapa hari dan kemudian dilepaskan kembali ke alam liar,” jelasnya.
Para ilmuwan memperkirakan, saat ini hanya ada 4.000 ekor buaya Kuba yang masih hidup. Pemerintah berambisi merilis ratusan ekor hewan itu ke alam liar tiap tahun untuk mendongkrak populasinya. Buaya Kuba dewasa bisa mencapai panjang 3,5 meter, dengan jantan yang biasanya berukuran lebih besar daripada betinanya. [ab/uh]
Forum