Polietilen (PE) adalah bentuk yang paling umum dari plastik dan bisa ditemukan di mana saja: wadah untuk menyimpan sesuatu, botol air minum, kantung plastik dan banyak lagi.
Plastik ini nyaman, murah, ringan dan kuat, tapi juga tidak dapat hancur selama 500 sampai 1.000 tahun dan itu menjadi masalah.
"Sebagian besar tidak didaur ulang. Ada sampah plastik besar di Samudera Pasifik dan butiran plastik mikro tersebar di seluruh lingkungan laut," ujar David Constable dari Masyarakat Kimia Amerika.
Jumlah itu mencapai 8 triliun butiran plastik mikro per hari, menurut penelitian dari Oregon State University. Meskipun butiran itu sendiri tidak berbahaya, mereka menyerap limbah beracun dan zat pencemar yang berakhir di lingkungan laut, dan dari situ mereka naik dalam rantai makanan dan dikonsumsi manusia.
Masalah lain adalah sulitnya mendaur ulang plastik, jauh lebih sulit daripada mendaur ulang kertas atau kaca atau logam seperti aluminium.
Kabar baiknya, para peneliti kemungkinan telah menemukan cara untuk menghilangkan limbah plastik secara mudah dan murah, dan mengubahnya menjadi bahan bakar dan lilin.
Penelitian baru itu dilaporkan Jumat (17/6) dalam jurnal Science Advances dan merupakan bagian dari proyek penelitian empat tahun oleh para ilmuwan dari University of Shanghai dan University of California, Irvine.
Salah satu dari pemimpin proyek, Zheng Huang, mengatakan mereka telah melakukan sebuah proses yang disebut catalytic cross alkane metathesis (CAM), yang menggunakan molekul-molekul berbasis karbon dan hidrogen yang disebut alkana untuk memecah hidrokarbon yang membentuk polietilen.
"Setelah menghadapi banyak siklus CAM dengan alkana ringan," ujar Zheng, "PE pada akhirnya akan diubah menjadi hidrokarbon pendek yang cocok untuk bahan bakar transportasi."
Ia mengatakan kepada VOA bahwa bahan bakar itu dapat digunakan dalam mesin diesel dan alkana ringan yang digunakan untuk memecah PE "sangat murah dan tersedia secara luas."
Bagian terbaiknya adalah, menurut Zheng, bahwa "katalis-katalis yang digunakan dapat mentolerir beragam bahan aditif dalam plastik."
Namun ia mengatakan proses itu belum sempurna. Misalnya saja, setelah semua siklus CAM itu, tidak banyak bahan bakar atau lilin yang tersisa untuk diekstraksi.
Hasilnya "tidak cukup banyak untuk daur ulang limbah plastik kuantitas besar," ujarnya. Namun "kami yakin dengan sistem yang lebih efisien dan katalis berbiaya lebih rendah, teknologi ini akan mencapai aplikasi degradasi limbah plastik PE skala besar."
Hal itulah yang sedang diupayakan olehnya dan timnya. Mereka juga berupaya untuk melihat apakah proses ini dapat diimplementasikan pada jenis plastik lainnya. [hd]